65. Bukannya Gak Mau Buru-Buru?

6.4K 779 28
                                    

Bantal langsung mendarat di kepala Iyo membuatnya mengaduh pelan. Ia menatap heran Kirana yang kini dengan tergesa-gesa memakai kembali pakaiannya. Wanita itu terlihat kesal?

Bukannya Kirana harus bahagia kan? Ia mengajak wanita itu menikah.

Melihat Kirana yang hendak keluar, segera ia menghadang, berdiri di depan pintu. Wanita itu melayangkan tatapan protes padanya. Mendorong tubuhnya agar ia bergeser, tapi ia menahan tubuhnya.

Lalu memegang kedua lengan Kirana, tapi tangannya langsung di tepis. Ia semakin menatap heran Kirana.

"Mas jangan main-main deh!" Iyo tidak menyangka Kirana akan terlihat kesal seperti ini. Baru kali ini melihat Kirana meledak.

"Main apa sih, Yang? Soal nikah? Gak lah! Aku serius. Kita nikah, ya?" Iyo menatap Kirana dengan kesungguhan. Kembali memegang kedua lengan Kirana.

"Bu-bukan itu maksudku..." Kirana menepis pelan tangan Iyo, mengedarkan tatapannya. Enggan menatap Iyo.

"Terus?" Iyo mengernyit bingung.

"Itu... kok gak lanjut..." Kalimat Kirana menggantung dan wanita itu masih enggan menatapnya.

Terjadi keheningan beberapa saat. Iyo berusaha mencerna. Lalu ia menyeringai, kemudian tertawa geli. "Sayang..." Memeluk Kirana yang meronta ingin dilepaskan. "Maaf ya?Bukannya aku gak mau lanjut... tapi aku udah janji sama Ayah dan Kakak mu."

Kirana berhenti meronta. Ia yang tadi malu menatap Iyo kini mendongak, tanpa melepaskan pelukan Iyo dari tubuhnya. "Mas ngomong apa?"

Iyo tersenyum lembut, menyempilkan rambut ke belakang telinga Kirana. "Waktu di Bali Harsa ngomong sama aku buat gak rusak kamu, begitupun Ayah kamu. Aku gak mau jadi laki-laki brengsek lagi cuma karena ngikutin nafsuku dan langgar janjiku!"

"Terus kenapa Mas mancing?" Kirana masih kesal. Gairahnya seakan dimainkan dan itu sedikit menyiksanya, juga merasa malu.

"Eh kok aku? Kamu lho yang mancing." Iyo menggoda Kirana dengan seringai menyebalkan. Kirana kembali meronta, tapi ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Mas nyebelin!" Kirana menenggelamkan kepalanya di dada Iyo, membalas pelukan pria itu dan bergerak gemas dan kesal secara bergantian. Seperti anak kecil saja yang membuat Iyo tertawa.

Terjadi keheningan lagi, mereka masih di posisi seperti itu.

"Mas serius dengan ucapan Mas tadi?" Kirana mengusap pelan punggung Iyo, ia pun juga merasakan usapan di punggungnya.

"Serius. Kita nikah, ya?" Kirana menarik kepalanya, mendongak membalas tatapan Iyo.

Kirana tertawa geli membuat Iyo mengernyit heran. "Kenapa?"

"Kamu tuh bener-bener gak romantis tau Mas. Masa lamar aku kayak begini sih?"

Iyo menyengir malu. Menggigit bibir bawahnya.

"Terus juga pas kamu nembak aku, persis kayak gini." Kirana mengingat saat Iyo mengajaknya pacaran. Persis seperti situasinya saat ini. Mereka di dalam kamar dan kondisi yang sangat... menurut Kirana terlalu mendadak.

"Bukannya Mas gak mau terburu-buru?" sambung Kirana. Kini kedua tangannya berada di dada Iyo. Merasakan debaran jantung pria itu yang bertalu-talu membuatnya tersenyum kecil. Menatap semakin intens Iyo.

"Aku... udah siap! Apalagi Ayah dan Kakak mu udah ngasih aku restu." Iyo melepaskan pelukannya lalu menekuk kakinya satu. Mendongak menatap Kirana seraya meraih tangan kanan Kirana. "Maafin aku yang lamar kamu dengan situasi seperti ini, bukannya dengan situasi romantis. Aku, Satrio Bumi Pratama yang sangat mencintai Kirana Dwirahayu, malam ini meminta kamu untuk menjadi istri ku dan ibu dari dua anakku serta anak-anak kita nanti. Kamu mau, Rana?"

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang