37. Berdamai

5.7K 773 36
                                    

Pandangan Kirana mengedar ke seluruh penjuru coffee shop yang di masukinya. Mencari sosok Malik yang menyuruhnya datang ke tempat tersebut.

Tatapannya tertuju pada bangku pojok.

Di sana terdapat Malik. Bukan hanya ada Malik, tapi ada dua sosok pria yang ia kenal juga.

"Eh itu Kirana!" Exel menepuk pundak Malik, membuat pria itu menoleh ke arah Kirana. Begitupun Kencana.

Malik pun berdiri menghampiri Kirana yang diam berdiri. "Ayo," ajaknya seraya menggandeng tangan Kirana. "Kamu gak pa-pa kalau ada Ken?"

Kirana menoleh menatap Malik lalu tersenyum lembut. "Harusnya itu pertanyaanku buat kamu."

Malik hanya mengendikkan bahu tak acuh. "Dia klienku dan mau traktir. Kenapa enggak? Sekalian ngajak kamu."

Mereka pun bergabung duduk di bangku tersebut. Exel menyapa Kirana. "Lama gak jumpa, Ki."

"Em... iya." Mereka tidak terlalu akrab. Tapi, tetap saja Kirana bersikap ramah pada Exel. Lalu tatapannya tertuju pada Kencana.

"Lo mau pesen apa, Ki? Gue yang bayar kok." Sikap angkuh dan dingin Kencana yang selalu ditunjukkan entah hilang kemana.

Sejak pertemuan mereka di makam Prima dua tahun yang lalu, melihat rapuhnya pria itu membuat rasa benci Kirana terhapuskan. Meski jika merindukan sosok Prima, maka ia akan menyalahkan Kencana atas kepergian Prima.

Namun, tidak selamanya Kirana menaruh dendam pada Kencana. Semua telah terjadi. Meski ia memukul bahkan membunuh Kencana tidak akan membuat Prima kembali. Jadi, Kirana berdamai dengan keadaan.

Yang membuatnya agak tercengang karena Malik.

Ia menatap Malik dan Kencana. Meski keduanya nampak acuh tak acuh sama lain dan hanya Exel yang mereka ajak bicara, tapi posisi duduk mereka dalam satu bangku. Apalagi Malik yang menjadi pengacara Kencana membuatnya menyimpulkan, Malik pun sudah berdamai dengan keadaan.

"Emang Ken baru aja ngapain? Kok dia jadi klienmu?" tanya Kirana pada Malik, seraya melirik Kencana yang menyeruput kopinya.

"Dia duda baru." Exel yang menjawab dengan nada ejekan membuat Kencana berdecak pelan.

"Kenapa cerai?" tanya Kirana pada Kencana kini menatap pria itu. "Bukannya lo cinta sama Adalyn?"

Keadaan hening di antara mereka. Exel memilih menatap layar ponselnya. Sementara Malik menatap Kirana dan Kencana secara bergantian.

"Daripada gue sama dia terus, tapi bikin dia menderita..."

"Lo perlakuin dia kayak perlakuin Prima?" Sama sekali tidak ada nada sinis. Pun suara Kirana sangat lembut.

Malik siap pasang badan jika Kencana bersikap kasar pada Kirana, tapi pria itu kembali bersikap biasa saja ketika melihat tatapan Kencana sama sekali tidak menyiratkan marah ataupun kesal.

"Gue gak bisa bahagiain dia sepenuhnya."

"Kenapa?"

"Lo tau jawabannya."

Kirana pun terdiam. Sosok pria di hadapannya sepertinya benar-benar belum berdamai. Belum mengikhlaskan kepergian Prima karena rasa bersalah yang akan dirasakan seumur hidup.

"Ken, lo gak bisa gini terus kan? Walaupun lo emang salah, tapi sekarang lo bener-bener sadar akan kesalahan lo. Lo menyesali semua yang lo pernah lakuin pada Prim. Makanya lo berhak berdamai dan jangan menghukum diri lo sendiri dengan gak bahagia."

"Kenapa lo ngomong gini, Ki? Lo gak benci sama gue? Gara-gara gue temen lo..." Kencana tidak sanggup mengatakan kata selanjutnya. Suaranya tercekat. Ia merasakan ada duri di tenggerokannya sehingga membuatnya susah mengatakan hal tersebut.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang