76. Momen Bahagia

12.8K 798 94
                                    

"Anaknya Papi lagi apa? Hm? Lagi bobok ya?"

Kirana merasa geli karena kulit perutnya bersentuhan dengan rahang Iyo yang berbulu. Pria itu sedang merebahkan tubuh, kepalanya berada di atas pangkuannya.

Kejadian semalam membuat mereka kembali berbaikan. Kalau saja Iyo berkata dari awal tentang ketakutannya, mungkin tidak akan ada drama mereka perang dingin, ia pergi dari rumah dan saling menangisi seperti tadi malam.

Namun, kejadian semalam juga membuat Kirana tau jika pria yang memeluk perutnya saat ini sama takutnya dengan dirinya. Takut untuk kehilangan.

Tangannya mengelus rambut Iyo membuat pria itu semakin merapatkan diri padanya.

Meski matahari mulai nampak, tapi mereka tidak ada niat untuk keluar dari kamar tersebut. Bekas kamar yang pernah dihuni Marisa, karena di kamar Kirana ada Aurora dan Orion yang tidur.

"Em... ada yang mau aku tunjukin ke Mas," ujar Kirana pelan seraya menyuruh Iyo untuk bergeser. Pria itu beringsut duduk, mengamati Kirana yang keluar dari kamar lalu kembali lagi masuk. Mereka sama-sama duduk di atas ranjang.

Iyo menerima sebuah foto dari Kirana. Ah atau lebih tepatnya hasil USG. Ia melihat buah hatinya membuat hatinya menghangat.

Ia akan memiliki anak lagi...

"Maaf." Iyo kembali menatap Kirana yang tersenyum lembut.

Tangan Kirana terulur untuk mengusap pipi Iyo, sedangkan tangan Iyo menyentuh tangan Kirana tersebut. Menggenggam dengan lembut seraya mengunci tatapan Kirana.

"Semuanya akan baik-baik saja. Mas gak perlu cemas ataupun takut."

"Makasih Sayang." Iyo menarik Kirana memeluk istrinya tersebut. Memeluk dengan erat. Ia merasakan usapan lembut di punggung Kirana.

"Yang, aku boleh jenguk anak kita, gak?"

Kirana langsung melepas pelukan, ia menatap Iyo yang menyengir.

"Em... bulan depan aku kontrol lagi kok. Kita ke dokter sama-sama, ya?"

Iyo mengerjap lambat lalu mengangguk kaku, bukan itu maksudnya.

Tapi, sudahlah....

Ia tersenyum lalu kembali memeluk Kirana. Memejamkan mata untuk menghirup aroma tubuh Kirana. Rasa rindunya belum tuntas sama sekali. "Sayang banget sama kamu..."

Kirana tersenyum mendengar perkataan Iyo. Ia semakin memeluk Iyo. Merasakan rasa hangat dari tubuh pria itu membuatnya merasa tenang.

*****

Dua pasang mata bulat mengerjap lambat menatap Papi mereka yang duduk bergabung di meja makan. Sementara Mami mereka sedang menyiapkan sarapan.

Orion dan Aurora saling tatap. Padahal beberapa hari ini Papi tidak berada di apartemen tersebut. Meski masih kecil, tapi mereka mengerti jika Papi dan Mami sedang bertengkar. Tidak saling bicara, makanya Mami pergi agar tidak bertemu dengan Papi. Itulah pemahaman mereka karena juga pernah mengalami. Jika bertengkar dengan teman atau mereka yang bertengkar, maka akan saling mendiamkan. 

Iyo yang sedang memainkan ponsel, melirik dua anaknya yang saling berbisik, tapi ia mampu mendengarnya.

"Kok Papi ada disini, Bang?" bisik Aurora pada Orion.

"Mungkin udah baikan sama Mami." Orion mengendik bahu tak acuh.

"Adek udah cuci muka?" tanya Kirana yang menaruh peralatan makan di hadapan suami dan anak-anaknya.

"Udah. Juga sikat gigi bial mulut Adek gak bau ilel!" Aurora menyengir memperlihatkan giginya yang kecil-kecil.

"Iler!" Koreksi Iyo membuat semua tatapan tertuju padanya. Apalagi Aurora menatapnya dengan kening mengkerut.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang