EXTRA PART II

7.8K 754 83
                                    

Kirana tersenyum lembut seraya mengusap perutnya yang membesar. Sisa dua bulan lagi ia akan melahirkan.

Tatapannya tidak pernah putus dari makam Ibu. Sudah sebulan lebih Ibu pergi untuk selamanya. Meski ia tidak mengalami kenangan indah bersama Ibu, tapi Kirana tetap menjadikan momen beberapa saat bersama Ibu, saat Ibu dirawat di rumah sakit, meski singkat, tapi ia akan kenang selamanya.

"Ibu bakal punya cucu perempuan..." Suara Kirana berubah serak. Matanya kini berkaca-kaca. Tapi, secepatnya ia usap matanya sebelum air matanya jatuh.

"Emang aku dan Mas Rio gak mau tau dulu jenis kelaminnya, tapi kemarin waktu USG aku penasaran banget. Makanya aku langsung nanya dokter-nya. Gak mau nunggu pas lahiran nanti." Kirana tertawa di akhir kalimatnya. "Ibu bakal punya cucu yang cantik."

"Dan lemah lembut kayak Maminya." Kirana menoleh menatap Iyo yang senantiasa memayungi dirinya karena walau sudah sore tapi cuaca masih begitu terik.

Keduanya melempar senyuman, lalu Kirana memeluk Iyo. Mereka pamit pada Ibu.

"Terus ke makam Prim?" tanya Iyo yang diangguki Kirana. Kirana tidak akan melupakan sahabatnya tersebut. Ingin memberitahu juga tentang jenis kelamin anaknya.

*****

"Sephora! Jangan lari!"

Bukannya berhenti, gadis kecil itu malah makin berlari seraya tertawa. Tidak ingin ayahnya menangkap dirinya.

Karena terlalu bersemangat, ia tidak bisa menghentikan laju larinya sehingga menabrak seseorang. Jatuh terduduk.

"Sephora!"

"Eh kamu gak pa-pa?" Kirana meringis pelan melihat gadis kecil itu yang menabrak kakinya. Karena perutnya yang besar membuatnya tidak bisa menunduk, maka ia menyuruh Iyo menarik gadis kecil itu berdiri.

Sosok yang memanggil gadis kecil itu tadi mendekat ke arah mereka. Mengambil alih putrinya dari Iyo.

"Eh Mas Saka?" ujar Iyo pada sosok ayah gadis kecil itu.

"Astaga elo! Lagi belanja keperluan baby, ya?" tanya Saka menatap Iyo dan istrinya secara bergantian.

"Iya Mas," jawab Iyo lalu menatap Kirana. "Yang, dia datang di resepsi kita waktu itu. Gak lupa, kan? Mas Saka yang tender buat pembangunan gedung kantor yang baru."

"Ah iya." Kirana kembali menyunggingkan senyum pada sosok Saka.

"Lo juga belanja ya, Mas?" tanya Iyo pada Saka.

"Iya. Lagi nemenin Bundanya ini." Saka mencubit pipi anaknya yang langsung merengut kesal.

"Ayah!" Rengek Sephora membuat Saka tertawa lalu mengenalkan gadis kecilnya pada Iyo dan Kirana. "Sapa Om dan Tantenya dong! Terus minta maaf karena udah nabrak Tante."

Sephora dengan patuh menyapa keduanya, tidak lupa meminta maaf. "Maafin Sephoya dah tablak Tante."

"Iya cantik." Kirana tersenyum lembut menatap gadis imut tersebut. Pipi yang memerah karena saking putihnya. "Sephora udah umur berapa?"

"Em... tiga." Sephora mengacungkan tiga jari mungilnya. Lalu menatap Saka. "Tiga kan, Yah?"

"Bentar lagi empat," koreksi Saka. Lalu menatap pasangan suami istri di depannya. "Kapan lahiran?" tanyanya pada Kirana.

"Dua bulan lagi."

"Wah! Bentar lagi anak lo nambah, Yo," ujar Saka pada Iyo yang tersenyum lebar.

"Lo juga Mas. Kalau istri lo kapan lahiran?"

"Sama sih. Dua bulan lagi. Ah istri gue mana, ya?" Kepala Saka celinguk mencari sosok Haidee.

"Waduh! Jangan-jangan diambil orang," gurau Iyo membuat Saka mendelik kesal.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang