21. Tertohok

6.8K 818 25
                                    

Hampir sejam Kirana berada di ruang inap Aurora. Wanita itu akhirnya pamit. Menolak tawaran Iyo yang ingin mengantarnya pulang. Segera keluar dari sana.

Namun, pria itu mengejarnya. Bahkan masuk ke lift bersamanya.

Kirana hanya mampu menghela nafas pelan. Entah kenapa merasa kecewa dengan sikap Iyo. Pria itu bohong padanya tentang menjaga Aurora. Padahal ia sempat merasa terenyuh akan sikap Iyo yang senantiasa menjaga Aurora hingga begadang karena Aurora merengek di tengah malam.

"Saya anterin ya?"

"Tidak usah. Saya bisa pulang sendiri," tolak Kirana halus, tetap lembut.

"Tapi ini udah hampir mal..." Perkataan Iyo terputus karena pintu lift terbuka.

"Saya duluan Pak."

"Kirana, saya antar pulang, ya?" Dengan cepat Iyo meraih tangan Kirana. Sebelum wanita itu menolak, ia segera menyeret wanita itu keluar dari rumah sakit. Ke parkiran dan masuk ke mobilnya.

Kirana hanya mampu menghela nafas pelan. Tetap mengukir senyum tipis saat pria itu masuk ke balik kemudi. Mulai bertanya di mana tempat tinggalnya.

Apartemen yang tidak jauh dari rumah sakit tersebut. Sehingga ia tidak perlu cemas karena terlalu lama berdua dengan pria itu.

"Di sana tinggal sendiri?"

"Bareng adik."

"Hm.... kamu anak pertama?"

"Bukan. Saya anak kedua."

"Oh berarti cocok."

Kirana menoleh, pria itu pun menoleh. Hanya sekilas lalu kembali menatap ke arah depan, fokus menyetir.

"Apa yang cocok?"

"Saya anak pertama. Anak pertama dan anak kedua cocok sekali kalau menjadi pasangan." Pria itu kembali menoleh untuk melempar senyuman.

Kirana tersenyum kikuk. Lalu kembali menghadap ke arah depan.

"Ki-ra-na." Entah kenapa pria itu jika menyebut namanya, selalu mengeja.

Kirana kembali menoleh menatap pria itu. "Kamu udah berapa lama jadi guru?"

"Hampir tiga tahun."

"Abis lulus kuliah langsung kerja jadi guru?"

"Iya."

Pria itu mengangguk pelan. "Berarti umur kamu dua puluh lima tahun dong?"

"Iya."

Iyo menoleh, menatap Kirana yang tatapannya lurur ke depan. "Kok jawabnya pendek? Gak nyaman ngobrol sama saya?"

Kirana langsung merasa tidak enak. Ia tersenyum tipis seraya menggeleng pelan.

Iyo pun terdiam. Tidak lagi bertanya banyak hal. Mobilnya masuk ke area apartemen tempat tinggal Kirana. Menurunkan wanita itu di depan lobi.

"Terima kasih sudah mengantar saya."

"Ya sama-sama." Kedua saling melempar senyum tipis.

Sebelum Kirana turun, ia kembali menatap Iyo. "Sebaiknya Pak Satrio peduli dan mengurus Orion dan Aurora dengan tulus, bukan hanya sekedar ingin terlihat baik di mata orang. Cuma Pak Satrio kan orang tua mereka? Cukup mereka tidak merasakan kasih sayang ibu mereka."

Setelah mengatakan itu Kirana turun dari mobil. Iyo merasa tertohok mendengar perkataan Kirana.

Tatapannya masih tertuju pada punggung Kirana yang perlahan menjauh, masuk ke lobi hingga menghilang.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang