Mbak Darti mengetuk cemas pintu kamar si kembar. Sedari tadi mengetuk membangunkan mereka, tapi tidak ada sahutan sama sekali. Tidak seperti biasanya, karena memang si kembar dilarang mengunci pintunya agar mudah dibangunkan di pagi hari.
Sementara itu di dalam kamar si kembar bermain. Sudah dari tadi bangun, tapi enggan menyahut.
Semuanya ulah Orion yang melarang Aurora menyahut pun membuka pintu. Cemas jika nanti Papi masuk lalu memarahi mereka.
Karena tadi malam Orion tidak mendapat amukan Papi. Pun Papi tidak pernah menampakkan diri membuatnya sedikit lega.
Tapi menjelang pagi ia kembali cemas. Siapa tau saja semalam Papi lelah sehingga tidak memarahinya lalu nanti akan melampiaskan amarah padanya.
Orion bisa saja menerima amukan Papi, tapi tidak dengan Aurora. Orion tidak ingin adiknya menangis.
Kini suara Mbak Darti berubah menjadi suara Papi yang membuat gerakan mereka berhenti.
Aurora menatap kakaknya dan segera bersembunyi di balik punggung kakaknya.
"Buka pintunya! Suara Papi mengalun dingin. Tidak keras seperti biasanya membuat si kembar saling pandang.
"Pasti Papi gak bentak, biar kita bukain pintunya," ujar Orion yang diangguki Aurora. Sangat tidak Papi kalau tidak membentak jika mereka melakukan kesalahan.
"Rion! Rora!" Suara Papi kembali mengalun, kini penuh tekanan.
Iyo menghela nafas pelan. Mengetuk pintu di hadapannya. Kini berubah menjadi gedoran. Ia tidak bisa sabar menghadapi si kembar. "Buka pintunya sekarang atau Papi rusakin lagi pintu ini dan masuk terus nek..."
Suara Iyo berhenti saat mendengar suara kunci diputar.
Tangannya terulur lalu mendorong pelan pintu tersebut.
Tatapannya tertuju pada si kembar yang berada di sudut kamar. Menatapnya waspada.
"Kenapa kalian belum mandi? Gak mau ke sekolah?"
Meski nada suara Papi begitu dingin, tapi tidak seperti biasanya Papi seperti ini. Pun Mbak Darti yang berada di ambang pintu ikut heran dengan sikap majikannya.
"Cepat mandi!" titah Iyo, lalu menatap Mbak Darti menyuruh wanita paruh baya itu memandikan si kembar.
Usai memakai seragam sekolah, si kembar keluar.
Pemandangan tidak biasanya yang mereka lihat membuat mereka berhenti melangkah. Mengamati Papi yang sarapan di meja makan. Pun pakaian Papi telah rapi.
"Kenapa berdiri di situ? Cepat makan!" sahut Papi dingin membuat mereka menghampiri meja makan.
Duduk agak jauh dari Papi yang kembali fokus menikmati sarapan.
"Abang, Papi gak malahin kita?" Suara Aurora mencicit, sedikit berbisik pada Orion.
"Gak. Mungkin udah dibilangin sama Miss." Orion teringat akan perkataan Miss Kirana tadi malam. Jika gurunya tersebut akan melarang Papi memerahi bahkan memukul mereka.
Aurora mengangguk pelan, lalu menikmati nasi goreng di hadapannya. Tidak lupa dengan meneguk susu.
"Jangan lama makan. Papi yang antar kalian ke sekolah!"
Kedua bocah itu mendongak menatap Papi yang telah selesai makan. Lalu melengos, lebih dulu keluar.
Mereka saling bertatapan. Benar-benar heran dengan sikap Papi yang tidak seperti biasanya.
Usai sarapan, mereka segera naik ke mobil Papi. Duduk tenang di belakang seraya memangku tas mereka masing-masing.
Senyum Aurora merekah sedari tadi. Merasa bahagia karena di antar Papi. Mulai berceloteh mengajak Orion bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...