42. Tahan Guncangan, Gak?

6.4K 797 55
                                    

Kirana keluar dari kamar usai mandi, ia terdiam melihat sosok yang tidur di sofa barunya atau lebih tepatnya sofa itu milik orang yang tidur di atas sana saat ini. Hanya menganggap jika sofa itu dititip di tempat ini. Tidak ingin mengklaim menjadi miliknya karena bukan ia yang membeli.

Karena tidak ingin menguras tenaganya menolak sofa tersebut dan yang ada Iyo tidak akan menerima penolakannya. Maka ia diam saja.

Adanya pria itu tidur di sana beberapa saat yang lalu. Saat waktu memasuki malam hari. Agak tercengang karena bukannya kembali ke rumahnya, pria itu malah mampir di sini. Katanya sangat lelah dan mengantuk. Tapi, kenapa malah ke sini?

Namun, ia membiarkan, apalagi saat alasan Iyo ingin mencoba sofa baru tersebut. Apakah nyaman tidur di atas sana?

Melihat pendingin ruang tengah itu tidak menyala, ia pun menyalakan. Lalu kembali menatap Iyo yang terlihat berkeringat.

Perlahan pria itu bergerak, lalu membuka matanya. Kemudian tersenyum menatapnya.

Lalu beringsut duduk.

"Gimana tidur di situ? Nyaman?" Tanya Kirana agak sarkas karena alasan Iyo tadi. Sebagus-bagusnya sofa, tentu terasa tidak nyaman tidur di atasnya. Lebih baik tidur di atas karpet. Ia bisa bergerak leluasa.

"Kalau kamu mau tau apa nyaman, kamu mending tidur di sini deh. Muat kok tidur berdua." Iyo menepuk sofa tersebut seraya tertawa geli.

Mata Kirana memicing lalu berdiri. Hendak ke dapur, tapi Iyo kembali mengajaknya bicara.

"Eh kamu inget kan kata pegawai toko waktu itu, katanya sofa ini tahan guncangan kuat. Mau kamu coba?" tanya Iyo seraya menyunggingkan senyum.

Kirana pun menghampiri Iyo.

Iyo sendiri bersiap meraih Kirana untuk dipeluk, tapi kedua tangannya hanya menggantung di udara. Ia melongo melihat Kirana yang naik ke atas sofa dengan posisi berdiri. Lalu melompat pelan.

Kemudian wanita itu kembali turun dari sofa. "Bener kata Mbaknya, tahan guncangan kuat," ujar Kirana seraya mengecek sofa tersebut. Lalu kembali menatap Iyo yang masih terdiam. "Em... Mas?"

"Ah iya? Tahan guncangan." Iyo tertawa geli, lalu menggeleng pelan.

"Em oke." Kirana kembali berdiri tegak. Menatap Iyo. "Em... udah mau pulang?" tanyanya saat melihat Iyo berdiri.

Iyo membalas tatapan Kirana lalu tersenyum kecil. "Kalau mau nyuruh saya tinggal makan malam. Ngomong aja. Jangan kayak waktu itu. Saya nunggu lho kamu nahan saya. Tapi, saya sedikit kecewa karena kamu biarin saya pulang."

Kirana mengerjap cepat lalu meringis pelan. Menggigit bibirnya pelan.

Iyo bertanya di mana kamar mandi yang langsung ditunjukkan Kirana.

Sementara itu Kirana segera melesat ke dapur. Lalu gerakannya tiba-tiba berhenti karena tidak tau harus memasak apa.

Apa yang disukai Iyo?

Iyo sangat suka seafood. Itu yang dikatakan pria itu beberapa waktu yang lalu.

Ia pun mengeluarkan udang dan cumi dari kulkas. Tidak lupa ia juga mengeluarkan tempe.

Kirana akan membuat sayur tempe cabai hijau. Biar nantinya ada kuah untuk makan.

"Kamu mau masak apa?" Kirana menoleh menatap Iyo yang mendekat ke arahnya.

Rambut pria itu setengah basah serta keningnya tertutupi rambutnya yang tidak serapi tadi. Pun kedua lengan kemejanya tersingkap hingga ke sikut.

"Em... cumi udang lada hitam." Kirana kembali fokus memotong cumi menjadi bagian kecil.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang