7. Wish

7.2K 946 27
                                    

"Tolong satu tempat untuk pemakaman ya?"

Sandal langsung melayang ke arah Iyo.

Kalau saja pria itu tidak menghindar. Sudah pasti wajahnya terkena sandal tersebut.

Orang-orang yang berada di ruang tengah tersebut tertawa. Iyo juga ikut tertawa, segera menaruh ponsel di sakunya. Duduk di sebelah Andra. Karena jika duduk di sebelah Anis, bisa saja pria itu membabat habis rambutnya.

Via yang membawa nampan yang di atasnya empat minuman untuk tamunya, mengkerutkan kening melihat semuanya tertawa, kecuali suaminya yang merengut kesal.

"Kenapa sih?" tanya wanita beranak satu itu seraya menaruh satu per satu gelas ke atas meja untuk kakaknya serta tiga sahabat suaminya.

"Mereka doain aku mati." Anis mengadu pada Via layaknya anak kecil. Wajahnya merengut dengan bibir yang dimajukan.

"Gak usah sok imut!" sahut Via jengah melihat tampang sok imut suaminya.

Lagi-lagi Anis menjadi bahan tertawaan.

"Yang! Aku lagi sakit tau! Kamu perhatian dikit kek!" seru Anis pada Via yang berlalu masuk ke dapur.

"Kalau kamu sakit, pasti gak bakal bisa teriak! Gak usah ngeles deh!" balas Via teriak.

"Mampus lu!" ejek Chito setelah menyeruput minumannya.

"Kampret lo semua ke sini cuma mau ledekin gue!" Anis mendengus pelan. Menatap satu per satu temannya yang menikmati kudapan serta minuman yang disuguhkan Via. "Malah gak bawa bingkisan. Ke sini cuma ngabisin kue!"

"Gue bawa bingkisan," sahut Malvin. Seperti biasa begitu datar sembari menaruh sebuah tas kertas berukuran kecil. Di dalam sana terdapat beberapa obat dan vitamin.

Anis memutar bola mata malas. Lagi-lagi yang lain tertawa.

"Lagian lo gak sakit. Cuma alesan aja biar lo bisa manja-manjaan ama Via," cibir Andra.

"Terus gue manja-manjaan apa siapa, Bang? Masa sama cewek lain," balas Anis merengut kesal.

Pria itu beneran sakit kok.

Tapi, hanya dua hari yang lalu ia terserang demam. Sekarang telah sembuh, hanya flu ringan saja.

"Sama cewek lain aja, Nis. Biar Via buat gue." Kalau saja kondisi Anis fit. Sudah pasti ia akan membanting Iyo ke lantai.

"Diem lo!" desisnya kesal.

"Duh! Tuh rambut udah mau beruban, tapi tetap aja masih ngarep balikan!" ejek Chito pada Iyo yang hanya tertawa.

"Tinggal tunggu lakinya mati!" sahut pria hitam manis itu.

Anis semakin kesal. Mengusir Iyo, tapi pria itu hanya tertawa.

Memang, Iyo dan Anis akan selalu bertengkar seperti ini jika bertemu. Selalu saja permasalahan Iyo yang masih menunggu Via menjanda. Sehingga teman-temannya beranggapan jika pria itu belum bisa move on. Padahal sudah sangat lama. Pun mereka kini telah memiliki anak.

"Eh Koko Mal, Regan sakit juga ya?" Kedatangan Via kembali bergabung dengan mereka membuat mereka berhenti mengejek Anis yang katanya pura-pura sakit.

Kini mereka fokus pada pria dingin tersebut.

"Sakit apa?" sahut Andra pada Malvin.

"Biasa. Anak-anak kan kalau mau punya adik, suka sakit," jawab Malvin datar sembari meraih gelas minuman.

Mengurungkan niat untuk minum karena semua tatapan mata tertuju padanya. "Apa?" tanyanya heran.

"Parah lo, Vin! Regan baru umur dua tahun tau! Masih kecil banget kalau ada adiknya," sahut Chito heboh. Menyayangkan jika Regan, anak Malvin yang masih berusia dua tahun telah memiliki adik. Menurutnya, anak seusia Regan masih butuh sepenuhnya kasih sayang orang tua.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang