60. Terima Kasih

6.3K 769 30
                                    

Kirana membuka pintu kamar tersebut dengan perlahan. Cahaya yang remang, tapi ia bisa melihat jika barang-barang berserakan. Tatapannya pun tertuju pada sosok Orion yang duduk di atas kasur dengan isakan tertahan.

Hati Kirana berdenyut sakit mendengar tangisan anak itu. Meski tadi Orion tidak menunjukkan kesakitan saat dicubit, tapi namanya anak-anak tentunya pada akhirnya akan menangis.

"Rion," panggil Kirana pelan seraya duduk di tepi ranjang, agak berjarak dari posisi Orion yang langsung membelakanginya. Orion berusaha keras menahan tangisnya.

Kirana menghela nafas pelan, menunduk sejenak lalu kembali menatap Orion. "Rion benci sama Miss?" Semenjak Aurora memutuskan memanggilnya 'Mami', tapi Kirana tidak pernah mendengar Orion memanggilnya dengan hal serupa. Dan mendengar perkataan Orion tadi yang tidak menganggapnya 'Mami' maka Kirana tidak akan memaksa Orion memanggilnya dengan sebutan tersebut.

"Rion gak suka kalau Miss ada di sini? Deket sama Papi Rion dan Rora?" tanya Kirana lagi dengan tatapan sendu. "Miss gak maksa kok buat Rion suka sama Miss. Miss gak maksa juga Rion manggil Miss dengan sebutan 'Mami'. Terserah Rion mau gimana. Kalau Rion mau Miss gak datang ke sini lagi dan deket-deket Papi dan Rora, Miss bakal pergi."

Kirana beranjak berdiri, ia masih menatap Orion yang kini berhenti menangis. Tapi posisinya tidak berubah. "Tapi, Rion jangan nakal ya? Jangan bikin Papi marah karena Papi itu gak bisa ngontrol emosinya. Tapi nanti Miss bakal bilang kok sama Papi biar gak marahin atau cubit Rion atau Rora. Cukup negur dengan baik, kan?"

Kirana mendekat, dengan ragu tangannya terulur mengusap kepala Orion. Tersenyum lembut karena Orion yang biasanya akan menghindar kini hanya diam. "Kalau gitu, Miss pulang. Miss gak akan ke sini lagi. Gak akan deket-deket Papi, Rora, dan Rion lagi."

Hendak beranjak dari sana, tapi tarikan pada ujung bajunya membuatnya menoleh, ia menunduk menatap Orion yang melakukan hal tersebut. Orion juga menunduk, tidak menatapnya sama sekali.

"Ja-jangan pergi..." Suara Orion sangat pelan dan terbata-bata, tapi Kirana mampu mendengarnya. Kirana tersenyum. Merasa terharu mendengar perkataan Orion.

Menekuk kedua kakinya, ia mencoba menangkup wajah Orion agar Orion menatapnya. "Rion bilang apa?" Tapi, Orion diam. Enggan menatapnya. Membuatnya mendengus geli. Apa yang dikatakan Mama benar, jika Iyo dan Orion sangat mirip. Bukan hanya wajah, tapi sifat gengsinya juga.

"Rion gak mau Miss pergi?" Anggukan pelan Orion dan masih enggan menatapnya. "Rion.."

"Enggak. Kalau pergi nanti Rora sedih... aku gak mau Rora sedih," gumam Orion pelan masih tidak mau menatap Kirana.

"Emang Rion gak sedih?"

Orion tidak langsung menjawab, dengan pelan menolehkan tatapan balas menatap Kirana. "Rion sedih kalau Rora juga sedih."

Kirana tersenyum lembut, ia menyeka bekas air mata di pipi Orion. "Rion benci sama Miss?" Kirana tidak akan memaksa Orion memanggilnya, 'Mami'. Biar Orion sendiri yang berkeinginan memanggilnya dengan sebutan tersebut.

Kedua mata bulat yang berkaca-kaca tersebut diam menatapnya. Kirana memasang ekspresi sedih. "Miss harus ngapain biar Rion gak benci?"

Kirana menghela nafas pelan. Untuk kesekian kalinya tersenyum lembut.

"Em Miss.... bakal jadi ibu tiri aku dan Rora?"

Agak terkejut mendengar perkataan Orion. Kirana mengangguk pelan.

"Miss gak bakal jahat kan kayak Tante Irena?" Kirana tercenung. Lalu mengerti apa penyebab Orion yang terlihat tidak begitu menyukainya.

"Kenapa Rion ngomong gitu?"

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang