33. Tanggung Jawab

5.8K 762 52
                                    

Marisa mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya. Merasakan kepalanya pusing. Mungkin efek minuman alkohol semalam dan efek...

Secepatnya ia tersadar penuh, langsung duduk. Tidak lupa merapatkan selimut di tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun.

Mencari sosok Naka yang sepertinya sedang mandi karena ia bisa mendengar suara air dalam sana.

Mencoba mengumpulkan berbagai kepingan ingatannya tentang semalam.

Ia yang galau akibat patah hati memutuskan ke club untuk menghibur diri. Karena Kirana tidak ingin menemaninya, bahkan melarangnya membuatnya pergi sendiri, tapi tentu ia tetap bilang pada Kirana. Meski lewat chat.

Hal yang tidak di sangka karena Kirana datang. Apalagi bersama Naka.

Pria itu...

Mereka saling mengobrol di bawah pengaruh alkohol. Obrolan mereka saling nyambung. Apalagi saat Kirana  ke toilet. Maka obrolan mereka sangat intens. Saling curhat satu sama lain. Hingga berakhir mereka beriuman lalu memutuskan untuk...

Marisa langsung menggeleng kepalanya. Lalu memukulnya kemudian badannya langsung kembali rebah.

Marisa tidak pingsan. Hanya saja ia ingin tidak sadarkan diri dan memutar kembali waktu.

Tapi... semuanya telah terjadi. Marisa tidak bisa menyangkal jika semalam keperawanannya di renggut Naka.

Duda satu anak yang merupakan teman Kirana. Dan yang paling penting Naka menyukai Kirana dari dulu sampai sekarang.

Lalu Kirana?

Marisa tidak tau perasaan kakak sepupunya itu pada Naka, karena tidak pernah cerita padanya.

Pintu kamar mandi segera terbuka. Marisa kembali duduk lalu menatap Naka yang berdiam berdiri di ambang pintu.

Keduanya saling berpandangan lalu sama-sama membuang muka.

Naka kembali memakai pakaiannya, ia melirik sekilas Marisa yang sepertinya mencari sesuatu. Lalu tatapannya tertuju pada bra Marisa yang ada di lantai.

"Kamu nyari itu?"

Marisa langsung menatap horor bra-nya di lantai lalu menatap tajam Naka. "Jangan ajak aku ngobrol!" Sentaknya lalu berusaha menutupi rapat tubuhnya seraya menggeser pelan agar bisa turun dari ranjang.

Berjalan pelan karena merasakan selangkangannya sedikit perih dan selimut yang menutupi tubuhnya begitu tebal sehingga ia kesusahan jalan.

Tidak sengaja menginjak ujung selimut hingga ia terjerembab ke depan. Membuatnya mengaduh sakit.

Naka hendak membantu Marisa berdiri, tapi dengan cepat Marisa menghindar menatap melotot Naka. "No! No! Don't sentuh... touch me!" jerit Marisa tergagap.

"Aku bantuin ber..." Naka berhenti saat bra melayang mengenai kepalanya.

"Kak Naka lupa soal semalam?!" tanya Marisa tidak percaya.

"Ya eng..."

"Sstt!! Stop!"

Naka merasa bingung dengan sikap Marisa.

"Kenapa Kak Naka bisa bersikap biasa saja setelah apa yang terjadi semalam?!"

Naka hendak menjawab lagi, tapi Marisa mengangkat tangan pertanda ia harus diam. "Ah Kak Naka kan duda udah biasa kan soal 'itu'." Marisa menjawab sendiri pertanyaannya. Lalu meremas rambutnya.

Dia sudah tidak perawan!

Oh tidak!

"Kak Naka harus tanggung jawab!"

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang