12. Ibu Tiri

6.3K 830 29
                                    

Seperti janji Kirana pada Aurora yang akan membeli boneka bayi untuk gadis kecil itu. Wanita itu ke toko mainan. Mencari boneka bayi yang sama persis. Bertanya pada karyawan toko di sana.

"Kami juga punya yang baru, Mbak. Boneka bayi ini pakaiannya bisa diganti. Ada satu set perlengakapan, mulai dari botol dot sampai peralatan makan."

Kirana beralih pada boneka yang dijelaskan pramuniaga tersebut. Tertarik melihatnya. Pasti Aurora semakin bahagia.

"Ini harganya berapa?" tanya Kirana seraya mengamati boneka bayi tersebut.

"650 ribu, Mbak."

Kirana menatap pramuniaga itu yang tersenyum lebar. Mengerjap pelan, ia kembali mengamati boneka di tangan kirinya. Lalu boneka di tangan kanannya. "Kalau yang ini 475 ya?" ujarnya seraya menggerakan tangan kanan. Boneka bayi yang sama persis dengan boneka milik Aurora.

"Iya Mbak. Tapi, kalau yang itu gak dapat perlengkapan bayinya lho. Kalau yang satunya lengkap Mbak. Pasti anaknya Mbak suka banget."

Kirana hanya tersenyum tipis. Apa memang wajahnya sudah seperti telah memiliki anak?

Sekarang bimbang, akan membelikan Aurora yang mana.

"Em... saya ambil yang ini aja." Akhirnya Kirana memutuskan membeli boneka bayi yang persis dengan milik Aurora. Siapa tau saja Aurora tidak akan menerimanya jika ia membeli boneka yang lain, meski memiliki perlengkapan bayi.

Mengikuti pramuniaga itu menuju ke kasir seraya mengeluarkan kartu dari dompetnya. Lalu memberikan pada kasir.

"Maaf Mbak. Kartunya diblokir." Kirana terkejut mendengar ucapan Mbak Kasir tersebut.

"Masa sih Mbak? Tolong dicek lagi." Kirana menggigit bibirnya pelan. Kenapa kartunya diblokir? Kenapa Ayahnya memblokir kartunya? Pun ia tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar boneka tersebut.

"Memang diblokir Mbak. Gak bisa diakses!" ujar Mbak kasir tersebut. Menekan setiap katanya. Mungkin kesal.

Kirana meringis pelan seraya mengambil kembali kartunya, ia menatap boneka bayi tersebut. Merasa bersalah pada Aurora.

"Pake kartu saya saja, Mbak." Kirana menoleh menatap sosok pria di sebelahnya yang menyodorkan sebuah kartu pada Mbak kasir tersebut. "Sekalian sama ini." Pun boneka bayi yang lengkap dengan satu set peralatan bayi serta satu kardus mobil-mobilan berukuran kecil lengkap dengan arenanya.

"Eh enggak usah Pak. Sa-saya..."

"Gak pa-pa kok." Pria itu menoleh. Membuatnya berhenti bicara. Menatap lamat-lamat sosok yang pernah bertemu dengannya di restoran seafood beberapa waktu yang lalu dan juga di restoran Jepang.

Sosok yang entah kenapa mengingatkannya pada si kembar.

Lalu pria itu kembali menatap Mbak kasir, menyuruh membungkus terpisah.

Setelah melakukan transaksi pembayaran. Pria itu menyodorkan tas kertas berisi boneka bayi padanya.

Kirana ragu menerimanya. Ia tidak mengenal pria itu. Tapi, pria itu telah membayarnya. Apalagi ia telah berjanji pada Aurora.

"Terima saja," ujar pria itu menyentaknya membuatnya dengan pelan meraih tas kertas tersebut.

"Em... gimana caranya saya ganti uang Bapak?" tanya Kirana pelan.

"Oh gak usah ganti. Buat..."

"Enggak Pak! Saya... kita gak saling kenal. Saya merasa sungkan!" sela Kirana lembut, tapi tegas.

Pria itu terdiam beberapa saat menatapnya intens membuatnya salah tingkah. Meliarkan pandangan enggan bersitatap dengan pria itu.

"Ya sudah kita berkenalan." Pria itu menaruh tas kertas belanjaannya ke lantai lalu menjulurkan tangan. "Saya Satrio."

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang