43. Pacaran Yuk!

6.1K 803 52
                                    

Iyo melajukan mobilnya bagai orang kesetanan. Meski pendingin mobilnya menyala, tapi seluruh tubuhnya di guyuri keringat dingin.

Tiba di tempat tujuannya, ia langsung menuju lift. Karena lift tak kunjung terbuka, ia memutuskan menaiki tangga meski tujuannya di lantai lima.

Hingga ia tiba di lantai lima kemudian menuju unit Kirana. Lebih memilih mengetuk pintu, daripada menekan bel.

Nafasnya tersengal karena berlari menaiki tangga. Pun dadanya berdebar tidak karuan karena merasa cemas.

Pintu di hadapannya terbuka hingga menampilkan Kirana yang terkejut menatapnya.

Segera Iyo memeluk Kirana dengan erat. Berguman lirih yang tidak terlalu jelas di pendengeran Kirana.

Kirana masih syok. Kini tatapannya tertuju pada Akram yang berdiri di ambang pintu unitnya. Sesaat mereka bertatapan. Lalu Akram memutuskan berlalu ke arah lift.

Kirana kembali fokus pada Iyo yang memeluknya. Suhu tubuh pria itu sangat panas pun nafasnya pun terasa panas menyengat kulit lehernya.

"Mas... sakit?" tanyanya khawatir seraya tangannya terangkat untuk menyentuh kening Iyo.

Kirana pun mengajak Iyo masuk ke unitnya. Menuntun pria itu ke kamar. Lalu merebahaknnya di atas ranjang. Melepas kedua sepatu Iyo. Lalu melepas semua kancing kemeja Iyo yang langsung memperlihatkan baju dalam kaos berwarna hitam. Tidak lupa melepas sabuk celana Iyo juga melepas kancing celananya.

Hendak berdiri, tapi tangannya langsung di tarik Iyo. Kedua mata Iyo sayu khas orang sakit.

"Mau kemana?" Suaranya pun serak.

"Saya ambilin air kompres sama obat dulu ya, Mas?" Kirana melepas tangannya dari genggaman tangan Iyo, lalu berdiri. Keluar dari kamar.

Masuk kembali, langsung menaruh kain kompres di kening Iyo yang memejamkan mata. Entah pria itu tidur atau tidak.

Ia pun mengusapkan minyak kayu putih di kedua kaki Iyo yang terasa dingin, pun pada kedua tangannya.

"Mas udah makan?" tanya Kirana pelan.

Iyo hanya menggeleng sebagai jawaban. "Saya masakin bubur bentar, ya?"

"Saya gak suka bubur."

"Em... makan nasi aja ya? Abis itu minum obat biar demam Mas turun." Tanpa mendengar respon Iyo. Kirana kembali keluar. Mengambil makanan serta air minum untuk pria itu.

Lalu masuk kembali. "Mas, makan dulu, ya?" Kirana mengguncang pelan tubuh Iyo agar pria itu duduk. Meraih kain kompres dari kening Iyo lalu membantu Iyo duduk.

Menyuap pria itu yang hanya makan empat kali suap. Lalu memberinya obat untuk diminum. Kembali merebahkan badan Iyo.

Tanpa membuka matanya, tangan Iyo terulur ke arah Kirana membuat Kirana mengernyit bingung. "Kenapa Mas?" tanyanya setelah menaruh kembali kain kompres di atas kening Iyo.

"Mau peluk," ujar pria itu dengan nada manja.

Kirana hendak menolak, tapi Iyo menarik wanita itu lalu mendekapnya. Menggeser sedikit tubuhnya agar Kirana tidak di tepi ranjang. Membawa Kirana masuk ke dalam selimut. Dengan posisi miring menghadap ke arah Kirana. Posisinya agak ke bawah sehingga kepalanya berada di dada Kirana. Memeluk erat wanita itu yang menegang kaku dalam pelukannya.

Kirana mencoba menstabilkan debaran jantungnya, tapi tetap saja tidak bisa. Ia kaku dalam pelukan Iyo. Pasti pria itu mendengar debaran jantungnya.

Dengan pelan tangannya terangkat, memeluk pria itu. Mengabaikan suhu tubuhnya yang sangat panas. Menepuk pelan punggung Iyo.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang