29. Momen Mereka

6.2K 800 38
                                    

Seperti yang dikatakan Kirana tadi, tentang membuat puding cokelat bersama Naka. Sepulang dari restoran, mereka singgah ke minimarket untuk membeli bahan.

Membuat puding tersebut di apartemennya.

"Tinggal disini bareng Ica?" tanya Naka seraya mengamati foto Marisa yang bertengger di atas dinding ruang tengah tersebut. Pun ada foto Kirana yang tersenyum kalem.

"Iya. Tapi sesekali Alik nginep di sini juga sih." Kirana menjawab seraya mengeluarkan belanjaan dari tas belanjaan.

Naka menoleh menatap Kirana. "Terus Ica mana? Masih di kampus?" Seraya berjalan mendekati Kirana.

"Dia lagi di Malang."

"Jadi kamu sendirian di sini?"

Kirana menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengaduk campuran membuat vla. Menatap Naka dengan pandangan heran. "Kenapa?"

"Em gak pa-pa. Aku bantu apa nih?" Naka tersenyum simpul.

Mereka pun membuat puding bersama diiringi obrolan hangat.

Sembari menunggu puding dingin, mereka ke ruang tengah.

Kirana pamit untuk masuk ke kamar. Membersihkan tubuhnya serta mengganti pakaiannya. Sedangkan Naka berada di ruang tengah. Menatap layar ponselnya dengan pandangan datar. Pesan dari mantan istrinya.

Putri: Ka, kirim duit dong. Susunya Lio udah habis

Putri: Secepatnya!

Menghela nafas kasar, ia langsung mengirim uang melalui m-banking.

Tidak berapa lama Putri kembali membalas pesan.

Putri: Kok cuma 500 rb. Mana cukup Ka?!

Naka tidak membalas, ia tidak mengacuhkan pesan Putri.

Bukannya Naka pelit, hanya saja ia baru memberi Putri uang untuk kebutuhan Lio. Belum sempat seminggu, kenapa uang Lio sudah habis?

Kini tau kenapa Putri bersikeras mengambil Lio karena bisa memperalat dirinya. Padahal awal perpisahan mereka Putri enggan merawat Lio.

Kalau seperti ini, ia rasanya ingin kembali mengasuh Lio. Tapi, karena ia sibuk bekerja dan jarang ada waktu bersama Lio membuatnya memikirkan nasib putranya yang pastinya kekurangan kasih sayang.

"Naka kenapa?" Naka membuka matanya menatap Kirana. Perasaannya kembali lega melihat wajah Kirana.

Kalau saja ia menikahi Kirana, pasti tidak ada drama nikah paksa dan berakhir perceraian.

"Kamu ngantuk?" tanya Kirana lagi yang langsung digelengi Naka.

Pria itu menegakkan badannya, duduk nyaman di sofa. Menatap Kirana yang beranjak ke arah dapur. Mengambil puding serta piring dan sendok.

"Udah dingin, Ka," ujar Kirana seraya memotong puding tersebut. Tidak lupa vlanya diberi banyak untuk Naka.

Naka tersenyum tipis melihat tingkah Kirana. Layaknya istri yang mengurusnya. "Andai kamu jadi istriku, Ki."

"Kenapa?" Kirana menegakkan kepala.

"Ah enggak ada. Makasih ya Ki." Naka tersenyum seraya meraih piring dari tangan Kirana. Untung saja Kirana tidak mendengarnya.

Belum waktunya.

Mereka baru saja bertemu dan Naka berusaha mendekatkan diri lagi dengan Kirana.

Ya, mereka memang dekat sebagai teman, tapi ingin dekat dalam artian lebih dari teman.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang