Iyo berdesis pelan seraya kedua tangannya mengepal di sisi pahanya. Mendongak ke atas lalu menghela nafas berat kembali menatap Kirana.
"Ssh... ah!"
"Mas lebay banget," cibir Kirana seraya mengusap mulutnya yang belepotan.
Kini Iyo kembali berdesis seraya mengusap keringat di keningnya. Mengamati Kirana yang berdiri, lalu mengambil air dingin dari dalam kulkas kemudian memberikannya.
Secepatnya Iyo meneguk air tersebut lalu mendorong mangkuk dari hadapannya tersebut. Menyesal karena menyuruh Kirana membuat seblak dengan ekstra pedas.
Sedangkan Kirana melanjutkan makannya. Hanya sesekali berdesis karena kepedasan.
"Yang, pedas banget! Mana gula!" seru Iyo seraya beranjak dari duduknya membuka laci meja counter dapur mencari toples gula. Tingkah Iyo membuat Kirana tertawa. Seperti anak kecil saja yang kalau kepedasan pasti memakan gula.
Segera Iyo memakan gula sebanyak dua sendok. Barulah ia merasa sedikit tenang. Bibirnya terasa bengkak karena kepedasan.
"Mas mending minum susu deh biar rasa pedasnya hilang," sahut Kirana. Lalu melotot saat tangan Iyo terulur ke arah dadanya. "Mas!"
Iyo berdecak pelan lalu tertawa. "Katanya harus minum susu."
Wajah Kirana memerah. Antara merasakan pedas dan malu. Segera menyuruh Iyo mengambil susu dari dalam kulkas. Lalu lanjut menghabiskan seblak di hadapannya.
Lirikan mata Kirana tertuju pada Iyo yang kembali duduk di sebelahnya. Pria itu meraih kembali mangkuk yang ia dorong tadi lalu kembali makan. Bukannya pria itu enggan memakannya lagi karena pedas?
"Bukannya Mas kepedasan, kenapa dimakan lagi?"
Iyo meliriknya sekilas lalu meneguk susu. "Masa gak dihabisin padahal aku yang minta kamu masakin. Kalau aku gak habisin, itu tandanya aku gak hargai masakan kamu." Mengatakan hal itu tanpa menatap Kirana, kini lanjut makan seblak tersebut.
Kirana tersenyum lembut. Ia meraih dua lembar tisu lalu menyeka keringat Iyo di kening pria itu. Keduanya makan dengan desisan pelan karena kepedasan lalu mereka bertatapan dan sama-sama tergelak.
Hal sederhana ini mampu membuat mereka merasa bahagia.
Kirana mencuci piring dan peralatan masak usai mereka makan. Sedangkan Iyo sedang berada di ruang tengah.
Suara sofa digeser membuatnya menoleh. Ia melihat Iyo yang menukar posisi sofa yang menghadap ke arah televisi dengan sofa yang dibeli pria itu. Keningnya mengkerut menatap Iyo. "Mas ngapain?"
Seraya mengelap tangannya, cucian piringnya telah selesai. Ia berjalan menghampiri Iyo.
"Ini lebih nyaman dipakai duduk ataupun tiduran sambil nonton." Iyo menyengir lalu menarik Kirana agar duduk di sofa tersebut. Lalu meraih remote. "Mau nonton?"
Anggukan kepala Kirana membuat Iyo membuka channel serial berbayar berlogo 'N' tersebut. Kemudian mencari sebuah seri terbaru yang membuat Kirana langsung melotot.
"Mas, jangan itu!"
Dengan ekspresi polos Iyo menoleh menatap Kirana. "Kamu udah nonton?"
"Belum! Tapi dari judulnya aja udah gak bener." Kirana berdesis pelan seraya merebut remote dari tangan Iyo. Wajahnya memerah entah karena apa. Merasa malu sendiri padahal Iyo yang ingin menonton seri genre adult itu.
"Terus mau nonton apa? Mau rewatch film Fifty Shades? Atau 365 Days? Kamu udah nonton film itu, gak?"
"Mas, please!" Iyo tertawa melihat ekspresi frustasi Kirana. Wajah wanita itu memerah. Semerah kepiting rebus. "Kalau kamu mau nonton, mending nonton bokep aja. Kok maunya nonton film begitu?" gerutu Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...