15. Emosi

6.2K 870 18
                                    

Kirana mulai melakukan pemesanan usai menelepon Rali. Menyuruh si kembar untuk duduk patuh. Melarangnya untuk kemana-mana.

Masih berada dalam antrian, ia menoleh menatap si kembar. Aurora yang kini berceloteh.

Aurora. Gadis kecil itu tidak sepenuhnya pendiam. Jika berada di dekat orang-orang terdekatnya akan cerewet juga, seperti kebanyakan anak-anak lainnya.

Gadis kecil itu sedang mengajak boneka bayinya bicara yang didudukkan di bangku khusus bayi.

Kirana teringat akan boneka bayi yang ia belikan untuk Aurora. Sekarang Aurora memiliki yang baru. Lebih bagus dari yang ia beli. Gadis kecil itu juga tidak lagi menagihnya.

Pasti karena telah memiliki boneka baru.

Menghela nafas pelan. Ia kembali menghadap ke depan. Gilirannya untuk memesan.

Kirana kembali ke meja membawa nampan berisi pesanan mereka. Tersenyum lembut pada si kembar yang tetap sopan. Tidak langsung mengambil pesanan mereka dari atas nampan.

Mulai membuka bungkus burger untuk Aurora, lalu memberikan ayam goreng krispi pesanan Orion lengkap dengan nasi. Tidak lupa memberikan air botol pada mereka.

"Enak?" tanya Kirana melihat mereka yang begitu lahap makan.

"Em... enyak." Aurora menyahut dengan mulut penuh. Bergumam kurang jelas.

Lalu Kirana beralih pada Orion yang hanya mengangguk tanpa menatapnya.

Kirana pun mulai makan. Nanti sajalah ia bertanya pada si kembar, kenapa bisa mereka berada di luar tanpa ditemani orang dewasa. Pun ketidakhadiran si kembar di sekolah tadi.

*****

Usai makan, Kirana membeli es krim untuk mereka. Tetap duduk di bangku tersebut. Menikmati es krim bersama.

"Kok kalian gak ke sekolah?" tanya Kirana lembut. Pun tatapannya begitu lembut pada si kembar yang langsung berhenti menikmati es krim mereka.

Si kembar menunduk takut. Seakan lupa jika tadi pagi mereka tidak ke sekolah dan sekarang bertemu dengan Kirana. Guru mereka.

"Hei, Miss gak bakal marahin kalian. Emang Miss pernah marahin kalian?"

Hanya Aurora yang menggeleng, melirik Kirana dengan takut.

"Jadi, kenapa kalian gak ke sekolah dan cuma berdua di halte itu? Terus bawa tas ransel?"

Ada dugaan Kirana jika si kembar kabur dari rumah. Tapi, ia menepis dugaannya tersebut. Tidak mungkin anak si kecil mereka memiliki niat tersebut. Mungkin saja....

"Kita kabul dali lumah."

Ah Kirana tidak jadi berpikir positif. Dugaannya benar. Ia agak terkejut dengan pengakuan Aurora. Tidak menyangka.

"Kenapa kabur?" tanya Kirana. Prihatin menatap keduanya. Sudah menduga jika di rumah si kembar mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.

Semenjak Ami Megumi pergi berlibur. Si kembar tidak pernah terurus. Mulai dari tidak membawa bekal. Rambut Aurora yang tidak disisir, pakaian mereka yang tidak rapi karena tidak diseterika. Supir yang menjemput mereka telat datang.

Si kembar saling melirik, lalu tetap diam.

"Rora, Rion, jawab Miss, Sayang. Miss gak bakal marah kok. Malah Miss bakal nolongin kalian?" bujuk Kirana.

"Em... Papi... Papi jahat... Telus... telus Tante itu juga jahat." Aurora mulai terisak.

Segera Kirana berdiri, meraih Aurora. Memangku gadis kecil itu seraya menenangkannya. Ia menatap Orion yang masih menunduk dengan pandangan tajam. Tatapan Kirana tertuju pada paha Orion yang lebam.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang