23. Menjenguk

6.4K 811 24
                                    

Kirana tidak hentinya mengajak Radeva bicara. Menjawab segala hal jika Radeva bertanya. Kecintaannya pada anak-anak membuatnya akan mengabaikan di sekitarnya jika ada anak kecil yang ia temani.

Saat ini mereka berada di restoran Jepang. Bukan hanya ada Kirana dan Radeva. Ada Rali, Harsa, Belle, Marisa dan Malik.

Kedatangan Marina menyentak mereka. Seperti biasa wanita itu akan heboh.

"Uh Kak Rali makin cantik aja sih. Bagi-bagi tips skincare dong!" seru Marina setelah berpelukan pada Rali. Hanya melempar senyum pada kakak sepupunya, Harsa.

"Walaupun Kak Rina pake skincare yang sama dengan Kak Rali, tetap aja Kak Rina gak bisa secantik Kak Rali. Karena emang dasarnya Kakak jelek!" ejek Marisa yang langsung mendapat pelototan Marina. Kalau saja mereka berdekatan, sudah pasti Marina akan menghantam kepala Marisa.

Rali tertawa melihat tingkah kakak adik itu yang bertengkar. Tidak memiliki saudara---meski memiliki saudara tiri, tapi mereka tidak akrab, merasa sangat menyenangkan melihat pertengkaran tersebut.

"Eh katanya kamu sakit?" tanya Marina pada Malik yang hanya mengangguk.

"Udah gak kok, Kak," sahut Kirana menatap Marina.

"Eh ada Bel juga. Cantik banget sih kamu!" Marina menjulurkan tangan untuk mencubit pipi Belva. Mereka menjadi akrab sejak Rali dan Harsa resmi menikah. Jika berlibur ke Bali mereka selalu bertemu.

"Ih Kak Rina jangan cubit pipi Bel. Bel udah gede tau!" Belva menggerutu seraya memegang pipinya.

"Kamu masih kecil!"

"Bel udah sepuluh tahun tau! Bentar lagi masuk SMP."

"Masih ada dua tahun," sahut Kirana tertawa melihat tingkah Belva yang enggan dikatai anak kecil.

"Astaga Bel udah sepuluh tahun?! Perasaan baru kemarin deh kita ketemu!" Pekik Marina. Merasa begitu tua. Karena pertemuan pertama mereka saat Belva berusia tujuh tahun.

"Nikah Kak! Nikah!" seru Marisa.

"Kapan calon mu melamar, Rin?" Rali ikut menggoda Marina yang merengut kesal.

"Duh gimana mau ada calon kalau adiknya posesif. Gak boleh sama ini. Gak boleh sama itu!" gerutu Marina melirik Malik. Adiknya itu berubah posesif. Jika dulu ia bebas dekat dengan pria manapun, tapi sekarang tidak lagi.

"Nanti Kak Rina dapatnya fuckboy," cibir Malik. Sikap posesifnya bukan hanya pada Marisa dan Kirana, tapi juga pada kakaknya. Tidak ingin kakaknya terjerat pria brengsek dan berakhir...

Memilih melanjutkan makannya saat pikirannya berkelana tentang masa lalu.

Kirana yang menyadari raut wajah Malik yang mengeras, mengulurkan tangan untuk mengusap lengan Malik. Pria itu menatapnya membuatnya memberikan senyuman tipis.

"Iya. Kamu harus pilih-pilih, Rin. Tapi jangan sampai salah pilih. Emang cowok brengsek itu merajalela." Rali tidak lupa melirik Harsa. Merasa dilirik membuat Harsa angkat bicara.

"Kenapa lirik?" sahutnya dingin. Meski tiga tahun usia pernikahan mereka, tapi tidak merubah sikap Harsa yang masih tetap dingin.

"Emang kenapa sih kalau aku lirik suamiku yang ganteng." Rali terkikik seraya mengusap pipi Harsa yang menepis pelan tangannya. Harsa terlihat salah tingkah dan mengulum senyum memilih fokus pada makanannya.

Kirana, Malik, Marina dan Marisa melongo melihat tingkah Harsa. Wah! Ternyata pria itu bisa salah tingkah juga karena dipuji. Ternyata Rali benar-benar mencairkan pria dingin itu.

"Adek mau pipis," sahutan Radeva menyentak mereka.

Rali hendak mengantar Radeva, tapi di sela Kirana. Namun, Kirana di sela Malik.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang