Orion dan Aurora sedang bermain di taman depan rumah. Keduanya sedang bermain tanah. Mainan mobil kontruski milik Orion telah kotor akibat tanah basah yang sengaja disiram air agar mudah dimainkan.
Sementara itu Aurora bermain masak-masakan. Menjadikan tanah basah sebagai masakan. Mengaduknya di atas wajan mini dengan spatula mini.
Kedua mata bulatnya menatap Orion yang sibuk mengangkut tanah yang baru diberi air. "Abang!"
Orion menoleh pada Aurora bertanya kenapa adiknya itu memanggil. "Mau makan apa?" tanyanya layaknya seorang ibu yang ingin memasak untuk anaknya.
"Nasi goreng," sahut Orion. "Abang kerja dulu ya? Adek masak yang banyak."
Kedua bocah itu berperan layaknya orang dewasa. Memainkan skenario yang mereka ciptakan sendiri.
Meski hari sudah sore, tidak ada yang menyuruh mereka berhenti bermain dan segera membersihkan diri karena para ART tidak berani.
Karena Orion tidak akan segan melempar mainannya pada para ART tersebut jika mereka disuruh berhenti.
Beda halnya dengan Aurora yang menurut, tapi jika melihat kakaknya masih bermain, ia pun juga enggan berhenti.
Namun, saat mobil Papi memasuki halaman rumah. Kedua bocah itu berhenti dari aktivitasnya sejenak.
Aurora menatap kakaknya. Berdiri dari posisi duduk. Mendekat ke arah kakaknya.
Sejak jarinya ditekuk ke atas oleh Papi, Aurora semakin takut pada Papi dan tidak ingin membuat Papi marah lagi.
Beda halnya dengan Orion. Sama sekali bocah laki-laki itu tidak takut. Bahkan kembali melanjutkan permainannya. Mengajak Aurora bermain mobil-mobilan.
"Hei! Kalian masuk!" Seruan tersebut membuat mereka kembali menoleh. Papi telah keluar dari mobil menatap mereka tajam seraya berkacak pinggang.
"Ayo Abang kita masuk. Nanti Papi malah lagi," cicit Aurora menarik ujung baju Orion.
Iyo berdecak pelan melihat penampilan dua anaknya yang berantakan dan kotor akibat bermain tanah. Berteriak menyuruh ART memandikan mereka.
"Eh halo kembar!" Langkah Orion dan Aurora berhenti mendongak menatap wanita dewasa yang baru keluar dari mobil Papi.
"Kamu pasti Aurora ya? Manisnya" Wanita dewasa itu mencubit pipi Aurora. Sedikit keras membuat Aurora mengaduh sakit.
Segera Orion menepis tangan wanita itu. Menghunuskan tatapan tajam. Tangannya kotor karena tadi memegang tanah basah sehingga tangan wanita itu kotor.
"Rion, harus sopan!" tegur Iyo tegas pada Orion. Tidak lupa melotot tajam.
Orion melengos, mengajak adiknya masuk. Melewati ART yang baru keluar hendak memanggil mereka.
Iyo menghela nafas pelan lalu melirik wanita di sampingnya yang megusap tangannya yang kotor akibat tindakan Orion.
"Tanganku kotor, Mas," ujar wanita itu manja.
Iyo berdecak kesal. "Siapa suruh ikut?! Kan gue bilang anak-anak gue nakal!" Lalu masuk meninggalkan wanita itu yang menggerutu. Sama sekali tidak mempersilahkan wanita itu masuk.
Sementara itu, Orion dan Aurora telah selesai mandi. Mereka memakai baju sendiri. Pun Orion yang menyisir rambut Aurora.
"Abang, kapan Gumi dan Cio masuk sekolah?" tanya Aurora. Merasa kesepian karena tidak ada Megumi dan Shiro. Meski banyak teman sekelasnya, tapi Aurora tidak akrab dengan mereka semua.
"Gak tau." Orion mengendikkan bahu acuh. Lalu menyalakan televisi yang ada di kamar mereka. Mulai menonton acara kartun.
Larut dalam tontonannya hingga tidak menyadari jika adiknya keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...