52. Bali

7.2K 778 49
                                    

Dari kemarin, hingga mereka berangkat ke Bali, wajah Iyo ditekuk terus. Rasanya Iyo ingin melempar koper yang diseretnya saat ini. Ingin melampiaskan kekesalannya.

Bayangannya yang akan berlibur berduaan bersama Kirana hancur lebur ketika kekasihnya itu mengajak serta Orion dan Aurora.

Ia sempat mencegah Kirana. Berjanji akan mengajak Orion dan Aurora liburan akhir tahun nanti saja, bukan sekarang. Ia hanya ingin berduaan dengan Kirana.

Tapi, meski Kirana selalu bersikap lembut, ternyata kekasihnya itu bisa keras kepala juga. Tentu ia tidak bisa mengalah.

Lihatlah mereka bertiga sedang bergandengan tangan meninggalkannya dengan dua koper yang diseret.

Meski ia merasa hangat melihat pemandangan tersebut, tapi tetap saja ada rasa kesal karena seharusnya bukan gagang koper yang ia gandeng.

"Kiki!" Seruan seorang wanita menyentak Iyo, langsung menatap sosok itu yang kini memeluk Kirana.

Rali pun mengalihkan tatapan pada dua anak kembar yang berjenis kelamin berbeda. "Duh manisnya. Nama kalian siapa?" Sudah mengetahui jika kekasih Kirana seorang duda dua anak.

"Lola, ini Abang Lion." Aurora yang menjawab. Tidak lupa menunjuk kakaknya.

Rali gemas, ia mencubit pelan pipi Aurora. "Nama Tante, Rali. Duh, pengen banget deh punya anak kayak gini," gumamnya di akhir kalimat. Merasa gemas melihat anak kembar, apalagi jenis kelaminnya berbeda.

"Kak Rali, ini Papinya mereka," ujar Kirana pelan menghentikan Rali mengajak si kembar bicara.

Keduanya saling berjabat tangan. Menyebutkan nama masing-masing.

"Kok bilang 'Papinya mereka'? Harusnya bilang 'paca ku', dong," goda Rali pada Kirana yang merona malu.

"Apa sih Kak?" Kirana hanya mampu tersenyum malu, mereka pun ke arah mobil Rali yang datang bersama supir. Katanya Harsa sedang sibuk. Sejak pindah di Bali, Harsa membuka studio tato di sini juga. Meski tidak setiap hari ke sana. Yang di Jakarta diurus temannya.

Mereka tiba di rumah Rali, langsung diarahkan ke kamar. "Oke. Kalian istirahat aja dulu."

"Kak Rali, aku disini juga?" tanya Kirana agak tercengang karena Rali mengarahkan dirinya serta Iyo ke kamar tersebut.

"Oh iya dong. Aku pernah kok rasain awal-awal dimabuk asmara. Maunya nempel mulu." Rali mengedipkan sebelahnya matanya. Keluar dari kamar tersebut meninggalkan Kirana yang melongo di tempatnya.

Iyo menyentaknya dengan memeluknya dari belakang. Mencium pipi kanannya. "Kakak ipar kamu tau aja sih. Orangnya asik banget," bisiknya pelan.

"Lepas Mas. Ada anak-anak." Kirana melepas pelukan Iyo, beralih pada Orion dan Aurora yang duduk bersandar di sofa. Keduanya terlihat kelelahan.

"Kalian capek?" tanya Kirana seraya melepas sepatu Aurora, juga sepatu Orion. Tidak lupa melepas kaos kaki mereka.

"Capek Mami, Lola ngantuk." Kirana pun mengajak Aurora untuk membersihkan dirinya dulu, mengajak Orion, tapi Orion menggeleng.

Sepeninggalan Aurora dan Kirana ke kamar mandi. Iyo duduk di sebelah putranya. "Kamu kenapa gak suka sama Mami mu?"

Orion menatap dingin Iyo. "Dia bukan Mamiku!"

Iyo terdiam. Tatapannya tajam pada Orion. "Kamu harus nurut sama Mami! Awas kalau gak. Papi pulangin kamu!" ancam Iyo.

"Aku juga gak mau ikut kok. Dia aja yang maksa aku!" balas Orion ketus.

"Mami! Bukan 'Dia'!" Keduanya saling bertatapan tajam.

"Rion, bersihin badanmu dulu. Pakaian kamu udah ada di kamar mandi," sahut Kirana setelah keluar dari kamar mandi bersama Aurora. Ia juga telah mengganti pakaiannya.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang