"Papi, jadi Lola halus bilang sama Mami, Lola yang mau makan baleng Mami bukan Papi yang minta?"
Iyo mengangguk cepat. Aurora langsung paham apa yang ia suruhkan. Saat ini mereka berada di Kindergarten Joyous. Ingin menjemput Orion sekaligus Kirana.
Karena Kirana masih mendiamkannya, bujukan terakhir yang digunakan Iyo adalah Aurora. Menyuruh anaknya itu agar meminta Kirana untuk makan siang bersama mereka.
"Kalau Mami gak mau, Lola pula-pula nangis?"
Sekali lagi Iyo mengangguk. "Coba kamu akting nangis?"
Aurora langsung melakukan apa yang Papinya suruhkan. Mencebikkan bibirnya sedih.
"Bagus. Nanti Papi beliin mainan."
"Yeay!" seru Aurora gembira. Mereka pun turun dari mobil setelah melihat anak-anak berhamburan ke parkiran.
Dari kejahuan melihat Orion yang berlari ke arah mereka. "Abang, Mami mana?" tanya Aurora yang membuat Orion mengendik cuek. Memilih naik ke mobil. Iyo memicingkan mata kesal melihat anak pertamanya itu.
Ia pun celingukan mencari Kirana yang baru keluar dari gedung sekolah. Segera ia menyuruh Aurora menghampiri Kirana. "Jangan lar..." Belum selesai ucapan Iyo, Aurora sudah terjatuh. Segera ia menghampiri anaknya. Membantunya berdiri.
"Don't woli Papi, I'm okay." Aurora tersenyum lebar seraya memperlihatkan giginya. Padahal kedua lututnya merah karena ia hanya memakai dress di atas paha.
"Okay apaan? Nih lututmu luka," gerutu Iyo seraya mengusap dengan hati-hati lutut Aurora. Membersihkan debu dari sana.
"Sayang, kamu gak pa-pa?" Keduanya mendongak menatap Kirana yang begitu khawatir pada Aurora.
"Gak pa-pa kok, Yang." Iyo yang menjawab seraya tersenyum. Tapi, Kirana tidak mengacuhkannya. Kini wanita itu fokus pada Aurora.
Tatapan Iyo dan Aurora bertemu. Segera ia memberi isyarat pada putrinya agar bicara. Sesuai dengan rencana mereka tadi. Dengan kedipan mata cepat.
Namun, Aurora malah membalas kedipan matanya dengan gerakan cepat membuatnya menghela nafas kesal.
Kirana berdiri, merasa heran dengan Aurora yang kedua matanya berkedip cepat seraya menatap Iyo.
"Rora kenapa?" tanyanya lembut membuat Aurora menatapnya.
"Gak pa-pa."
"Em.... itu... ada yang mau diomongin Rora sama kamu. Jadinya dia minta ikut." Interupsi Iyo. Ia kembali memberi isyarat pada Aurora.
"Rora mau ngomong apa?"
Aurora menatap Papinya lebih dulu yang langsung membuang muka lalu menatap Maminya. "Em... Mami mau gak ikut makan baleng Lola?"
Iyo menahan diri agar tidak bersorak, ia tetap pada posisinya. Enggan menatap keduanya.
"Tapi Rora..."
"Mami," sela Aurora memelas dengan bibir yang dicebik sedih.
Oh ternyata anaknya pandai berakting. Haruskah Iyo memasukkan Aurora ke kelas akting?
"Kita makan baleng, ya? Sama Papi, sama Abang juga," sambung Aurora.
Iyo menahan senyumnya, kini menatap kedua perempuan itu.
Selepas menatap Maminya, Aurora menatap Papinya dengan cengiran lebar. "Gitu kan, Pi?"
Kirana langsung menatap tajam Iyo. Sedangkan Iyo rasanya ingin menghilang saja. Menyesal menyuruh Aurora. Ia pikir akan berjalan mulus, tapi malah begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...