Chapter 79 : Cerita di Balik Itu Semua (2)

5 0 0
                                    

"Ayah!" Seru Felicia dalam panggilan telepon malam itu.

"Iya, Cia?" Sahut sang ayah yang berada di kota yang berbeda dengan sang anak.

"Kata Mbak Sania, novelnya mulai dicetak dan akan didistribusikan tanggal 25 September."

"Oh ya? Kenapa lama sekali?"

"Iya kan, Yah? Kenapa butuh waktu dua bulan? Ayah bilang biasanya untuk cetakan pertama sebuah novel hanya butuh waktu satu bulan?" Felicia mengadu kepada sang Ayah selaku pendiri perusahaan percetakan tersebut.

"Oh, mungkin karena belakangan ini perusahaan kita kebanjiran orderan, Cia. Jadi mungkin saja kalau novelmu ditunda dulu sebulan. Tapi nanti Ayah coba cek lagi ya, siapa tahu bisa dipercepat." Ujar Ayah Felicia dengan penuh pengertian. Ia tahu bahwa putrinya pasti sudah tidak sabar melihat hasil cetakan karya perdananya.

"Yeay! Makasih, Ayah!" Seru Felicia girang.

***

Tepat dua hari setelah penyerahan naskah asli, akhirnya hari pertama percetakan novel buatan Felicia pun tiba. Beberapa eksemplar pertama langsung disisihkan oleh Daffa sesuai dengan permintaan Sania tempo hari yang lalu.

Daffa
Beberapa buku naskah aslinya udah gue sisihkan, mau gue antar ke sana atau lu yang ke sini?

Sania
Gue aja yg ke sana. Ntar kalau lu ke sini, mereka curiga

Daffa
Oke, datang jam 1 siang ya. Jangan lupa makan siang dulu

Sania
Iya

Menuruti perkataan Daffa, Sania pun segera makan siang dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor perusahaan percetakan tempat kekasihnya bekerja. Begitu sampai, Sania langsung disambut oleh beberapa pegawai di sana yang memang mengenalnya berkat kerja sama antara perusahaan penerbitan tempat ia bekerja dengan perusahaan percetakan itu.

"Selamat siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Sambut seorang resepsionis kepada Sania yang menghampiri mejanya.

"Selamat siang. Saya ingin melihat beberapa hasil cetakan novel buatan Felicia." Ungkap Sania.

"Oh, kebetulan sekali. Beberapa eksemplar sudah dibawa Pak Daffa dari pabrik siang ini. Mari saya antarkan ke ruangannya." Ujar si resepsionis. Kemudian ia pun menuntun Sania ke ruangan kerja Daffa.

"Ini ruangannya. Sebentar ya, Bu." Kemudian sang resepsionis masuk duluan ke dalam ruangan tersebut untuk meminta izin agar Sania boleh masuk dan menemuinya. Sesaat setelah itu, sang resepsionis pun kembali dan bergumam, "Baiklah. Silakan masuk, Bu."

"Terima kasih, ya..." balas Sania diikuti senyuman ringan pada bibirnya.

"Iya, sama-sama, Bu..."

Lalu masuklah wanita itu ke dalam ruangan kerja Daffa.

"Hai!" Sambut Daffa dengan ceria begitu melihat Sania masuk dan menutup pintu. Tampaknya mood pria itu sedang bagus siang ini.

"Hai." Balas Sania, namun tak seceria Daffa. Duduklah ia di sebuah sofa yang terletak tepat di depan meja kerja Daffa. "Ini novelnya?" Tanyanya begitu melihat beberapa eksemplar yang sudah disusun rapi di atas meja di depannya.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang