Bunyi detak jarum jam dinding yang terus bergerak memutar itu mendominasi suasana kamar kos Felicia yang sunyi. Bunyi tersebut membuat sang penyewa kamar semakin tenggelam dalam lamunannya sambil ia merebahkan diri dan menatap lurus ke arah langit-langit kamar yang berwarna putih.
Selagi ia berdiam diri, ia memutar kembali percakapannya dengan Zhavier tadi. Percakapan gantung yang berakhir begitu saja karena Zhavier harus buru-buru pergi setelah mengangkat sebuah panggilan dari ponselnya.
"Aku juga gak tahu, Fel. Yang aku tahu, aku cuma pengen jumpa kamu, pengen lihat kamu. Apa itu salah?.... Apa itu aneh?"
Kalimat yang dilontarkan oleh Zhavier itu kembali melintasi pikiran Felicia. Bukan. Sebenarnya bukan hanya melintas, kalimat itu terus-menerus menganggu pikirannya sejak Zhavier pergi.
"Apa maksudnya itu? Apa mungkin... dia suka...?" Gumam Felicia pada dirinya sendiri. "Ah! Gak mungkin lah." Ralatnya cepat-cepat sambil mengibaskan tangan kirinya di atas kepala seolah sedang menghapus khalayan mustahil yang sedang ada di pikirannya.
Ya, dari tadi ia terus saja merenungkan sepenggal kalimat yang berhasil membuat jantungnya kembali bergedup kencang tidak menentu. Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Felicia akibat kata-kata Zhavier tadi, dan salah satu pertanyaan yang berada pada posisi paling atas puncak penasarannya adalah makna dari kalimat itu. Felicia butuh penjelasan lebih mengenai maksud Zhavier. Apakah kalimat itu ditujukan untuk seorang teman? Atau..... lebih dari itu?
Tapi...... maksudnya apa bilang gitu sambil natap aku serius?!, jeritnya, tapi di dalam hati. Jadi tidak ada yang mendengar.
"Ugh!" Gumam Felicia tak karuan. Semakin dipikir, semakin pusing. Ia yang tadinya berada pada posisi telentang, kini membalikkan badan seraya membenamkan wajahnya pada bantal. Suasana kamar yang tadinya hanya diisi oleh suara detak jarum jam dinding, kini juga diisi dengan suara degupan jantung Felicia yang terasa begitu berisik karena berdebar kencang akibat memikirkan sepenggal kalimat tersebut.
Sadar bahwa tempo detak jantungnya melebihi biasa, Felicia pun segera menenangkan dirinya. Ia menarik diri dari posisi telungkup lalu duduk pada kasurnya seraya mengatur napas perlahan-lahan.
Tepat setelah ia mulai merasa tenang dan tempo detak jantungnya sudah kembali normal, tiba-tiba ponselnya bergetar pelan. Ada sebuah pesan masuk. Felicia yang penasaran pun akhirnya beranjak dari kasur untuk meraih ponselnya yang terletak di atas meja, kemudian ia membaca pesan yang masuk itu melalui bar notifikasi smartphone-nya.
Zhavier : Fel, setelah kupikir lg, kayaknya aku cuma kangen.
Felicia yang baru saja membaca pesan tersebut langsung terkesiap. Zhavier berhasil mengguncang perasaannya lagi. Perasaannya semakin tak karuan.
Kangen?! Kangen katanya?! Orang ini! Kok bisa ngungkapin semua hal secara terang-terangan begini?, decaknya dalam hati. Felicia jadi geregetan sendiri. Ia mulai menggigit bibir bawahnya sambil mengetuk sisi kiri ponselnya beberapa kali dengan jari telunjuk.
Ayo berpikir positif, Fel. Mungkin maksudnya kangen sebagai teman, batinnya menasehati diri sendiri. Ia mulai memusatkan pikirannya pada satu kesimpulan yang ia buat sendiri.
Ya! Pasti begitu. Jadi.... bales apa nih?, pikirnya.
Satu menit, dua menit, tiga menit bahkan sampai lima belas menit kemudian, ia tak kunjung menemukan kalimat yang tepat untuk membalas pesan WA dari Zhavier. Sama seperti menafsirkan makna dari kalimat tadi, hal ini juga menyulitkannya. Felicia baru tahu ternyata membalas pesan WA bisa jadi sesulit ini. Padahal, ia sangat ahli dalam merangkai kalimat untuk naskah novelnya, tapi kenapa merangkai kalimat balasan untuk Zhavier saja bisa sesulit ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...