Chapter 13 : Terbongkar

54 4 64
                                    

"Karena kita udah di mobil, kenapa kita gak sekalian ke Akuarium Jakarta aja?"

Itu yang dikatakan Zhavier tadi sehingga mereka berakhir di salah satu tempat wisata Jakarta ini. Mereka berada di sini. Tepat di atrium tempat itu.

Zhavier tampak seperti seorang bocah SD yang sangat menikmati tamasya itu. Ia memandang ke kanan dan ke kiri dengan begitu antusias. Berbeda dengan Felicia, ia sama sekali tidak menikmati wisatanya ke akuarium itu. Selain perasaan bersalah karena telepon tadi, ia juga tak nyaman berkeliaran dengan menggunakan heels seperti ini. Tampaknya kaki perempuan itu sudah pegal karena berdiri dan berjalan terus sejak tadi.

"Kenapa rasanya beban pekerjaan saya jadi hilang begitu lihat ikan-ikan di sini, ya?" Gumam Zhavier dengan santai.

"Mungkin kamu memang butuh refreshing." Sahut Felicia, ia memeriksa ponselnya tapi tidak ada panggilan masuk dari ayah maupun ibunya, hanya ada panggilan tak terjawab dari Adrian. Rasa khawatirnya memuncak.

Apasih yang aku lakukan ini?, tanya gadis itu dalam hati seolah menyesal dengan yang sudah ia lakukan tadi.

"Kalau gitu, saya gak akan nyesal udah ajak kamu ke sini. Makasih ya udah mau nemenin saya." Kata Zhavier seraya tersenyum simpul.

Felicia termangu sambil menatap wajah Zhavier. Wajah yang menyiratkan sebuah kebahagiaan kecil di sana. Seperti anak kecil yang baru bebas dari penjara sekolah, ya begitulah.

Felicia dibuat penasaran oleh Zhavier karena ekspresi wajah kekanak-kanakan yang ia buat itu. Lantas ia bertanya, "Kapan terakhir kali kamu wisata begini?"

"Hm? Terakhir kali... ah, waktu saya masih kuliah, saya cuma ke Bronx Zoo bersama teman-teman saya di sana."

"Bronx Zoo? Yang di New York itu, bukan?"

"Yap betul." Zhavier menjetikkan jarinya lalu membentuk sebuah pistol dengan jari telunjuk dan jempolnya yang mengarah ke Felicia.

Wisata seorang CEO memang beda ya, batin Felicia.

"Tapi di sana bosan, yang ada cuma hewan doang." Kata Zhavier.

Felicia heran. Ia tertegun. "Memangnya kamu pikir di sini bukan hewan?" Tutur gadis itu.

"Enggak, katanya ada putri duyung juga. Nanti kita nonton Pearl of the South Sea yuk? Tapi makan dulu, saya lapar." Kata Zhavier, menentukan jadwal mereka seenaknya. Pria itu melirik jam tangannya, sekarang sudah menunjukkan sekitar pukul 3 sore.

"Kok makan?" Felicia mulai mengangkat-angkat pelan kakinya karena rasa pegalnya semakin menjadi. "Saya mau pulang aja." Lanjutnya.

"Masa mau pulang sekarang? Saya lapar, tadi gak sempat makan di acara perusahaan karena langsung kabur denganmu." Gumam Zhavier.

"Saya gak akan merasa bersalah," kata Felicia seolah sudah tahu trik Zhavier untuk membuat gadis itu merasa bersalah.

Zhavier tertawa kecil. "Padahal saya benar-benar lapar, loh. Tapi ya sudahlah. Tunggu sebentar di sini ya. Saya gak akan lama." Kata Zhavier lalu pergi meninggalkan Felicia.

Kepergian Zhavier hanya memunculkan satu kemungkinan di pikiran Felicia, yaitu toilet. Mungkin pria itu pergi ke sana, duganya.

Saat Zhavier pergi, Felicia melepas heelsnya sebentar untuk melepas pegal dari kakinya. Tapi sebelum ia kembali memasangnya lagi, Zhavier datang lalu memberikan sebuah kantung plastik kepada Felicia.

"Ini," kata Zhavier saat menyerahkan kantung plastik tersebut. "Buat kamu."

"Hm? Apa ini?" Tanya Felicia seraya membuka kantung plastik itu lalu mendapati sepasang sandal perempuan.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang