Sepiring pasta pesanan Felicia akhirnya dihidangkan tepat di hadapannya, di meja makan antar Zhavier dan gadis itu. Felicia yang sedari-tadi memang kelaparan, tak kuasa menahan ekspresi semangatnya saat melihat pasta pesanannya datang. Memang beberapa hari yang lalu, Felicia sedang ingin makan pasta dan ia sangat senang saat akhirnya keinginannya itu bisa terkabul hari ini. Lalu beberapa saat kemudian, pesanan pasta milik Zhavier beserta dua minuman yang mereka pesan pun akhirnya menyusul.
Tepat setelah semua pesanan makanan mereka terhidang dengan baik di atas meja makan, Felicia segera melipat tangan, hendak berdoa sebelum menyantap makanan lezat itu, tapi belum saja ia menutup mata sepenuhnya, Zhavier menghentikan Felicia dengan menepuk pelan lengan gadis itu.
Felicia tertegun. "Kenapa?" tanyanya yang tidak jadi berdoa sendiri.
"Berdoa bareng dong." Kata Zhavier.
Sebelah alis Felicia terangkat. "Berdoa masing-masing aja."
Zhavier menggeleng-geleng pelan. "Gak bisa, Fel. Saya kalau makan bareng sama seseorang itu harus doa bareng." Ujarnya seraya tersenyum tipis.
Felicia menghela napas panjang, tidak ada gunanya juga memperjuangkan pendiriannya untuk berdoa masing-masing, karena ia sedikit-banyaknya yakin bahwa Zhavier akan tetap bersikeras dengan keinginannya untuk berdoa bersama, seperti yang sudah-sudah.
"Yaudah." Gumam gadis itu mengalah.
"Kamu yang pimpin ya." Ucap Zhavier.
"Enggak. Kamu aja." Tolak gadis tersebut.
Zhavier tertawa kecil lalu menjawab, "Baiklah." Setelah itu ia meletakkan tangan kirinya di bawah meja, agar jemari kanan dan jemari kirinya bisa saling bertautan, untuk bisa membuat posisi berdoa walaupun tangan kanannya sedang di-gips. Setelah kedua tangannya tertaut sempurna, Zhavier pun menunduk dan berdoa bersama dengan Felicia.
"Amin."
Setelah doa makan itu usai dipimpin oleh Zhavier, mereka pun mulai menyantap pasta yang sudah tersedia di hadapan mereka. Berbeda dengan Felicia yang tampak sangat kelaparan, Zhavier makan dengan lebih santai. Pria itu melirik Felicia tanpa menyadari bahwa ternyata ia tengah mengulas sebuah senyuman kecil di bibirnya. "Lapar atau doyan?" tanya Zhavier usil.
Felicia menjeling lalu tersenyum dengan sedikit saus pasta yang menempel di sekitar bibirnya. "Dua-duanya." jawab gadis itu lalu kembali mengunyah pasta yang ada di mulutnya.
Zhavier tertawa kecil. "Pelan-pelan makannya, Fel. Belepotan loh." Lalu ia meletakkan garpunya, mengambil tisu untuk diberikan kepada gadis tersebut. Sementara, yang diberi tisu hanya menyengir kecil lalu segera menyeka mulutnya yang cemong.
Setelah itu, Zhavier pun kembali menyantap makanannya. Tentu saja ia hanya bisa menggunakan tangan kirinya dan untunglah itu tidak terlalu sulit baginya. Sepanjang makan siang, mereka berdua hanya diam untuk menikmati makanan mereka masing-masing, bukan karena canggung atau apa, tapi mereka tampak terlalu tenggelam dalam kelezatan pasta yang mereka santap sampai lupa untuk mengisi waktu sambil berbincang disela-sela makan siang mereka.
"Fel, saya cuci tangan dulu ya..." Ujar Zhavier seraya bangkit dari duduknya, akhirnya ia selesai duluan dengan makanannya.
Felicia, yang juga sudah usai makan, menengadah untuk melihat Zhavier. "Bisa?" tanyanya spontan.
Zhavier memiringkan kepalanya sedikit, ia tampak bingung. "Bisa apanya?"
"Bisa sendiri? Atau mau dibantu?" Balas Felicia, menjelaskan.
"Ya bisa sendiri lah, kan cuma cuci tangan doang."
"Oh, oke..." balas Felicia singkat seraya menyeruput minuman mango slush miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...