Chapter 41 : Maaf Aku Lupa

36 3 1
                                    

"Makasih tumpangannya, Zha..." Ujar Nayla saat ia baru saja turun dari mobil Zhavier. "Mau masuk dulu?"

Zhavier menggeleng kecil sembari tersenyum kecil. "Lain kali aja deh, Nay."

"Hahaha, oke deh!"

"Kalau gitu... Dah, Nayla." Kata Zhavier seraya melambaikan tangannya.

Nayla membalas lambaian tangan itu seraya tersenyum tipis. "Dah... hati-hati di jalan ya..."

Seusai berpamitan, Zhavier pun meminta supir pribadinya untuk segera memutar arah menuju kos Felicia. Ia benar-benar merasa bersalah kepada gadis tersebut karena sudah melupakan janji yang ia buat.

Sepanjang perjalanan menuju kos Felicia, Zhavier sibuk menghubungi gadis tersebut, sesekali ia menelepon, tapi tidak ada jawaban sama sekali, pesan pun tidak dibalas. Zhavier jadi semakin yakin, bahwa Felicia pasti sudah kecewa terhadapnya. Pria tersebut pun menghela napas panjang sambil merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Ia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan hampir setengah sembilan malam. Zhavier tahu bahwa kedatangannya sudah terlambat, meskipun begitu, ia tetap ingin menemui Felicia, setidaknya untuk meminta maaf.

***

Felicia kembali ke kamar kos-nya dengan membawa dua bungkus sate di tangan kanannya. Tadinya ia memang hendak membeli nasi dan lauk, tapi karena ada tukang sate yang lewat, ia mengubah menu makan malamnya untuk hari ini.

Setelah mengambil air minum dan bersiap-siap untuk makan, tiba-tiba saja ponsel Felicia bergetar, tanda sebuah pesan masuk. Gadis itu pun menoleh ke arah tempat tidur, dimana ia meletakkan benda tersebut. Dia tidak memeriksa pesannya, ia hanya mengintip sedikit dari notifikasi yang ditampilkan oleh layar hp-nya. Jadi hanya ada satu notifikasi yang muncul pada layar tersebut.

Adrian : Cia, kamu di kos? Bisa keluar sebentar gak?

Setelah membaca pesan Adrian dari notifikasi, Felicia sempat dilema sejenak. Antara ingin menemui Adrian atau tidak. Sejujurnya, ia ingin mengabaikan pria tersebut, tapi pada akhirnya, ia tidak tega. Maka ia pun keluar dari kamar kosnya dan segera menemui Adrian yang sudah berada di luar.

"Hai." Sapa Adrian seraya tersenyum manis.

"Hai." Balas Felicia.

"Maaf ya malam-malam ganggu, aku cuma mau kasih ini...." Adrian lalu menyodorkan sebuah paper bag berwarna coklat berisi hadiah untuk Felicia. "Happy birthday ya, Cia!" Kata pria tersebut.

Felicia tersenyum tipis. "Makasih banyak, Adrian." Gumamnya pelan. "Kamu gak perlu repot-repot gini..."

"Aku gak merasa direpotin kok, Fel." Balas Adrian. Ia pun memberikan kado tersebut kepada Felicia. "Nih."

Sementara Felicia hanya menunduk, melihat ke bawah. Tidak berani menatap Adrian.

"Kamu kenapa?" Tanya Adrian.

"Entahlah.... Aku merasa gak pantas diginiin sama kamu, An." Tukas Felicia.

"Maksudmu?" Adrian tak paham.

Felicia mulai menengadah. Ia memberanikan diri untuk menatap pria tersebut. "Kamu baik, An. Kamu perhatian, tapi aku gak bisa membalas itu semua, yang bisa aku lakukan hanyalah.... mengabaikanmu, menyakitimu, dan memberikanmu harapan palsu."

Mendengar hal itu, Adrian tersenyum lagi. Ia lalu membelai rambut Felicia dengan lembut. "Cia, aku gak merasa keberatan kok melakukan ini semua untuk kamu. Aku senang. Dan aku gak akan merasa terkhianati kalau pun akhirnya kamu gak balik suka sama aku. Tapi aku cuma mau berusaha, setidaknya sampai kamu benar-benar jadi milik orang lain. Sampai saat itu, izinkan aku untuk berusaha mencapai hatimu, oke?" Kata pria itu tulus.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang