Felicia sedikit kecewa dengan konferensi yang tadi ia hadiri. Perempuan itu tidak jadi mengajukan pertanyaan kepada pemimpin baru perusahaan karena takut menarik perhatian Adrian yang juga hadir di konferensi tersebut. Bahkan saat konferensi tadi, Felicia sibuk menutupi diri agar Adrian tidak menyadari keberadaannya di dalam aula tersebut.
Felicia yang baru saja keluar dari gedung perusahaan itu pun menghela napas kecewa.
"Kenapa, Fel?" Tanya Lia, teman Dennis.
"Gapapa kak. Cuma agak sedikit kecewa aja karena gak bisa nanya tadi" jawab Felicia.
"Hahaha," Dennis tertawa kecil mendengarnya. "Iya, kenapa tadi kamu gak nanya, Fel? Padahal awalnya kamu semangat banget."
"Heheh, iya kak. Soalnya tadi aku nge-blank. Jadi lupa mau nanya apa" jawab Felicia ngasal. Ia tak menyebutkan alasan sebenarnya.
"Gapapa, Fel. Lain kali kalau ada konferensi gini, kami ajak lagi deh" kata Lia.
Mendengar hal tersebut, lantas Felicia tersenyum senang. "Beneran kak?"
Lia membalasnya dengan anggukan.
"Heheh, makasih kak!" Seru Felicia.
"Jiwa anak muda memang beda ya" tukas Putra, salah seorang teman Dennis juga.
"Iya kan? Hahaha" sahut Dennis. "Oh iya, itu apa, Put?" Tanya Dennis saat melihat kertas yang ia pegang di tangannya.
"Ini... disuruh ngedata nama kita yang ikut konferensi pers tadi. Gue list ya?" Kata Putra. "Sebut nama kalian satu-satu."
Lantas, mereka yang merupakan satu tim dari perusahaan pers yang sama pun segera menyebutkan nama mereka.
"Kalau aku, Kak? Namaku harus ditulis juga gak?" Tanya Felicia.
"Oh iya, Felicia kan cuma kita seludupin.. gimana?" Tanya Lia.
"Yaudah tulis aja. Yang penting didata" kata Dennis.
"Oke deh" jawab Putra.
***
Konferensi pers yang diadakan di aula itu berlangsung lancar. Zhavier kini resmi menjadi pemimpin baru perusahaan itu, juga semua hal yang hendak ia katakan di koferensi tersebut telah tersampaikan dengan baik. Sesi tanya jawab juga berlangsung dengan tertib. Hanya satu yang belum ia katakan pada media, yaitu pembatalan pertunangannya dengan Nabila.
Zhavier tahu bahwa dirinya harus dengan segera membatalkan hal tersebut sebelum semua terlambat dan berujung pada penyesalan tapi saat ini Zhavier masih menunggu waktu yang tepat. Ia tidak mau melakukannya secara terburu-buru. Lagi pula, ada satu hal yang mengusik pikirannya sejak awal konferensi itu dimulai, yaitu pembicaraan antara perempuan yang baru ia temui itu dengan Nabila.
"...Pilih satu dari antara mereka sebelum ada yang tersakiti lebih dalam"
Terngiang kembali kata-kata yang diucapkan perempuan itu tadi saat Zhavier sempat mendengar pembicaraan mereka berdua di balik pintu toilet laki-laki. Zhavier di kantor barunya sambil memikirkan hal tersebut.
Jujur saja, Zhavier sangat penasaran dengan apa yang telah disembunyikan Nabila. Ia ingin sekali bertanya langsung pada wanita itu, namun ia yakin pasti Nabila tidak akan mau memberitahunya.
Pasti ini ada hubungannya dengan pertunanganku, batin Zhavier. Dan jika Zhavier tidak bisa menanyakan hal tersebut kepada Nabila, satu-satunya cara agar ia bisa tahu fakta dibalik percakapan itu adalah dengan menanyakannya kepada perempuan yang ia temui di toilet tadi a.k.a. Felicia secara langsung.
"Devina" panggil Zhavier kepada salah satu asisten barunya melalui telepon.
"Ya, Pak?" Tanya Devina dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...