Chapter 32 : Clarissa

65 3 0
                                    

(Sekitar setahun yang lalu)

"Zhavier?" Tegur Clarissa saat mereka berdua sedang makan siang di sebuah restoran dengan tipe casual dining pada hari ini. Laki-laki itu hanya diam saja sejak tadi. "Kenapa?" Lanjut Clarissa bertanya, memecah lamunan pria tersebut.

Zhavier mendongak. "Hah?" Gumamnya tidak fokus.

"Kamu kenapa? Apa ada yang mengganggu di pikiranmu?" Ulang gadis yang seumuran itu dengannya, lebih rinci.

"Oh..." Zhavier menggeleng pelan. "Enggak kok." Katanya.

"Beneran?" Tanya Clarissa memastikan.

Zhavier hanya mengangguk kecil seraya menyendokkan makanan yang dari tadi hanya ia aduk-aduk saja. Sebenarnya, pria itu bohong saat ia mengatakan bahwa dirinya sedang baik-baik saja. Nyatanya, memang ada yang mengganggu di pikirannya saat itu. Sudah sekitar 3 bulan, dirinya dekat dengan Clarissa, dan alasan ia mendekati gadis itu adalah karena namanya yang serupa dengan nama almarhum ibu Zhavier yang sangat ia cintai. Ya, Zhavier tertarik hanya karena alasan kecil itu. Awalnya ia hanya bertujuan untuk berteman baik dengan gadis itu, namun ternyata Clarissa salah mengartikan segala perlakuan Zhavier kepadanya. Gadis itu mengira bahwa Zhavier tertarik kepadanya sebagai seorang pacar, dan karena tinggal di luar negeri, kedekatan mereka mendorong Clarissa untuk beranggapan bahwa Zhavier dan dirinya sudah menjadi sepasang kekasih saat ini. Ditambah lagi teman-teman Zhavier yang selalu saja menggoda mereka berdua ketika sedang bersama.

"Zhavier, nanti habis ini, kamu mau nonton gak?" Ajak Clarissa seraya meneguk tehnya.

Zhavier menjeling. Ia sempat diam sebelum akhirnya menjawab, "Kayaknya hari ini aku gak bisa."

Clarissa mengernyit. "Kenapa?"

"Em.... Aku... aku lagi gak enak badan." Ujar Zhavier bohong.

Clarissa menutup mulutnya dengan satu tangan. "Kamu sakit?" Gadis itu terlihat cemas.

"Engga sakit. Cuma lagi gak enak badan aja... istirahat bentar, pasti baikan kok. Habis ini aku langsung pulang aja."

"Oh.... Mau kuantar?" Tawar Clarissa.

Zhavier menggeleng cepat. "Gak usah, Sa."

Clarissa yang khawatir itu lantas meraih tangan Zhavier yang tengah terletak di atas meja. Ia mengelusnya pelan. "Kalau ada apa-apa, kabari aku ya."

"I-iya" jawab Zhavier lirih. Dengan perlahan, ia melepas tangannya dari dekapan tangan Clarissa.

____

Sepanjang jalan menuju kosnya, pikiran Zhavier hanya tertuju pada hubungannya dengan Clarissa.

Kenapa jadi gini ya?, batinnya heran. Perasaan, aku gak menunjukkan ketertarikanku untuk menjadi pacarnya, tapi kenapa sekarang dia malah menganggap kalau aku menyukainya?

Zhavier berulang kali memutar otak untuk bisa menegaskan hubungannya dengan Clarissa, tapi sampai saat ini ia tidak menemukan waktu yang tepat. Dan lagi, bagaimana ia bisa mengatakannya dengan jelas agar Clarissa tidak terluka?

Lalu, bukan itu saja yang menganggu pikiran Zhavier. Sejujurnya, ia tidak keberatan jika dekat dengan seseorang asal ia menyukai orang itu. Dan, jujur, Zhavier memang menyukai Clarissa. Tapi bukan sebagai seorang pacar. Mungkin hanya sebagai teman? Yah, walaupun dia sendiri tahu bahwa laki-laki dan perempuan tidak mungkin bisa murni hanya berteman saja. Setelah tiga bulan pendekatan, bohong kalau Zhavier bilang ia tidak berusaha menyukai Clarissa dengan sepenuh hati. Gadis itu baik, pengertian, dan manis. Tapi, disela-sela hatinya, Zhavier selalu bertanya, apakah memang benar Clarissa adalah orang yang ia cari-cari sebagai pengganti Nayla? Kenapa sebagian dari dirinya menolak untuk menjadikan gadis itu sebagai pacar resminya?

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang