Chapter 21 : Acara Pertunangan

45 3 0
                                    

Tepat seperti yang disampaikan oleh ayah Zhavier tadi pagi, pada sekitar jam tujuh malam, sang kakek mengunjungi rumah di mana cucunya, Zhavier, tinggal. Tentang apa tujuan utama sang kakek, belum ada yang tahu hingga saat ini.

Gilang, ayah Zhavier, menyambut David, kakek Zhavier, dengan jamuan makan malam yang sederhana. Beberapa menit pertama diisi dengan percakapan sederhana, sekadar untuk menanyakan kabar atau pekerjaan. Beberapa menit kemudian, seorang yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Siapa lagi kalau bukan Zhavier. Pria itu menyapa kakeknya dengan ramah, menanggalkan jasnya lalu segera duduk tepat di samping sang ayah untuk ikut menyantap makan malam yang telah tersedia di hadapannya.

"Apa kabar kamu?" Tanya David kepada Zhavier, disela-sela makannya.

"Baik, Kek." Jawab Zhavier seadanya.

"Bagaimana menjadi seorang CEO? Menyenangkan?"

"Berat, Kek. Tapi Zhavier tetap berusaha jadi yang terbaik kok."

David manggut-manggut lalu tersenyum samar, "Baguslah."

Senyum itu membuat Zhavier was-was. Ia tidak tenang sebelum tahu tujuan utama kunjungan sang kakek ke rumahnya. Ini semua terjadi karena kejadian 4 tahun yang lalu. Kejadian itu meninggalkan kesan buruk antara dirinya dan sang kakek. Trauma? Bukan begitu, ia cuma was-was.

"Kamu pasti penasaran kan kenapa Kakek datang ke sini?" Tanya David seolah sudah mengetahui isi hati Zhavier.

Zhavier yang tengah mengunyah makanannya hanya berhenti sebentar lalu mengangguk samar.

"Kakek penasaran sama hubunganmu dengan Nabila. Walaupun pertunangan kalian batal, kalian masih berteman baik, kan?"

"Masih kok, Kek." Jawab Zhavier benar adanya.

"Oh, baguslah."

"Ayah gak ada maksud lain kan? Seperti berusaha merencanakan pertunangan untuk Zhavier lagi?" Tanya Gilang terus terang kepada David, ayahnya dan sekaligus kakek Zhavier.

"Hahaha, kalau boleh jujur, sebenarnya ada." Ungkap sang kakek dengan sikap yang amat jujur.

Zhavier membelalak. Dia kaget saat tahu bahwa dugaannya pagi tadi benar-benar terjadi. Sungguh firasat tersebut memang ada benarnya.

"Cukuplah, Ayah. Biarkan Zhavier mencari sendiri." Tolak Gilang sebelum Zhavier menanggapi.

"Kakek cuma menawarkan. Siapa tahu Zhavier tertarik." Kata David kepada cucunya itu.

Itu pasti bukan penawaran, itu keharusan, batin Zhavier.

"Zhavier, bisa tinggalkan Papa sendiri dengan Kakek? Kami mau bicara sebentar." Kata Gilang.

"Oh.. baiklah." Jawab Zhavier patuh. Ia meninggalkan kedua pria tersebut beserta makanannya yang belum habis itu di meja makan.

"Tumben mau ngajak Ayah bicara berdua?" Tanya David seraya tertawa kecil.

"Aku sungguh-sungguh, Yah. Jangan jodohkan Zhavier lagi." Kata Gilang dengan raut wajah yang serius.

David tertegun. "Kenapa?"

"Karena aku mau Zhavier bahagia dengan pilihannya. Aku tidak mau dia berakhir seperti aku."

"Memangnya kamu kenapa?" Tanya David naif. "Bukannya terakhir kali kamu bilang bahwa kamu akhirnya mencintai Clarissa?"

"Ya. Memang. Tapi itu sudah terlambat. Aku tidak bisa mencintai Clarissa sepenuhnya karena terlalu sibuk memendam kekesalan yang timbul karena aku harus menikah dengannya." Ungkap Gilang. Akhirnya ia mengatakan segala hal yang telah lama bertengger di pikirannya selama ini kepada ayahnya.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang