Chapter 74 : Bucin

34 3 0
                                    

Motor yang sudah dibawa berkendara sepanjang malam Minggu itu akhirnya berhenti tepat di depan rumah sahabat Felicia di mana ia menumpang untuk tinggal di sana dalam beberapa hari. Setelah mesin motor itu dimatikan, gadis berambut panjang tersebut pun segera turun dari sana dan melepaskan helmnya lalu berjalan maju ke hadapan Zhavier yang masih duduk di jok motornya.

"Makasih udah nganterin." Katanya sambil tersenyum kepada pria yang sudah resmi menjadi pacarnya sejak satu setengah jam yang lalu.

Zhavier membuka helmnya, tersenyum lalu membalas, "Kok makasih sih? Udah kewajiban aku lah sebagai pacar untuk nganterin kamu pulang."

Kontan, Felicia berteriak kencang, tapi di dalam hati. Pacar, katanya!!, seru batinnya yang masih tak percaya. Memang jantungnya bergejolak dengan hebat, tetapi jika dilihat dari luar, ia baik-baik saja dan bahkan sangat tenang.

"Hehe... makasih juga loh untuk malam ini..." ucapnya lagi. "Oh iya, hoodie kamu--"

Baru saja Felicia hendak mengembalikan pakaian itu kepada Zhavier, tapi tiba-tiba kalimatnya dipotong oleh pria itu sendiri. "Balikinnya kapan-kapan aja."

Felicia berpikir, memang lebih baik kalau ia mencucinya terlebih dahulu sebelum dikembalikan kepada Zhavier. Itu adalah etika yang baik jika meminjam pakaian seseorang, jadi ia setuju. "Oke..." Sedetik kemudian, pikiran lain mampir di benaknya. "Tapi kamu... gak apa-apa pulang tanpa pakai hoodie? Ntar kalau masuk angin gimana?" Tanyanya khawatir.

"Enggak bakalan. Aku kuat kok." Jawab Zhavier gamblang.

"Yakin?" Sebelah alis Felicia terangkat seolah tidak percaya.

"Iya." Sahut Zhavier. "Oh ya, kapan kita nge-date lagi?" Tanyanya seolah sudah berpisah lama.

Sebuah senyuman mengembang manis di bibir Felicia bertepatan setelah Zhavier menyelesaikan kalimatnya. "Baru juga pulang, udah ngajak keluar lagi?" Celetuknya.

"Loh, kamu gak tahu ya?"

"Tahu apa?" Felicia mengernyit samar.

"Aku ini tipe cowok yang bucin sama pacarnya." Tukas Zhavier seolah bangga akan hal tersebut.

Spontan, tawa Felicia berderai lepas. "Masa sih?"

"Wah, kamu belum tahu ya? Ya udah, siap-siap aja kamu menghadapi aku yang bucin." Goda Zhavier.

"Oke, aku akan sangat menantikannya." Felicia mengiyakan seakan sudah siap akan hal tersebut.

"Hahaha." Zhavier tertawa pelan. "Besok, kamu masih di Bandung?"

"Hm... masih."

"Berarti bisa jalan dong?"

Felicia menggeleng pelan. "Enggak bisa. Aku sama Steffy mau melengkapi berkas magang." Ujarnya. Memang berkas itu tidak tersentuh sejak seminggu yang lalu saat Steffy berada di rumah Felicia. Biasalah, sifat dalam menunda pekerjaan masih sering melekat dalam diri tiap manusia.

"Kamu mau magang? Di mana?" Tanya Zhavier penasaran. Kemudian Felicia pun menjelaskan secara singkat bahwa ia dan Steffy hendak melamar untuk bekerja di perusahaan yang menawarkan beasiswa S2 kepada pekerja magangnya. Mendengar hal itu, Zhavier manggut-manggut lalu kembali bertanya, "Gak bisa ditunda?"

Kembali, Felicia menggeleng lemah. "Gak bisa. Hari Senin depan harus diserahkan."

"Yah..." Zhavier mendesah pelan. "Kalau gitu hari Senin setelah kalian ngurusin berkas magang, kita jalan, mau?" Tawarnya.

"Gak bisa juga. Aku udah janji sama Steffy buat nonton di bioskop setelah ngurusin berkas." Ujar Felicia lagi. "Terus hari Selasa-nya mau jumpa sama temen kuliah yang lain."

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang