Chapter 44 : Bisa Tidak?

57 2 0
                                    

"Ambilin yang itu, bro." Perintah Zhavier kepada Vino saat mereka sedang berada di sebuah toko buku sore ini, sehabis pulang kerja.

"Kenapa gue dah?" Protes Vino.

"Tangan gue kan lagi sakit."

"Tangan kiri kan masih ada."

"Susah." Zhavier beralasan.

Lalu Vino, dengan tampang kesal karena disuruh-suruh, pun mengambil buku yang ditunjuk oleh Zhavier. Saat melihat buku novel yang ditunjuk oleh sahabatnya itu, ia sedikit kaget karena novel tersebut adalah novel buatan Felicia. "Ini?" tanya Vino memastikan bahwa sobatnya itu tidak salah tunjuk.

Zhavier mengangguk pelan. "Iya. Ambilin empat-empatnya ya."

"Empat seri?"

"Iya, dari seri kedua sampai seri kelima ya."

"Kenapa seri pertamanya gak sekalian?"

"Udah punya."

"Oh." Lalu Vino patuh saja mengambil novel tersebut sesuai dengan perintah Zhavier. "Tumben lo baca novel." Katanya. Vino penasaran kenapa Zhavier tiba-tiba mengajaknya pergi ke toko buku untuk membeli novel. Rasanya.... Itu bukan Zhavier banget. Apalagi novel yang Zhavier beli adalah karya sepupu Vino sendiri, Felicia. Kebetulan?

"Gue direkomendasiin novel sama sepupu lo... si Felicia." Tukas Zhavier terang-terangan.

"Oalah..." Gumam Vino seraya tertawa kecil. Pande banget si Cia ngejual novelnya, lanjut Vino bergumam di dalam hati.

"Tapi jujur aja deh sama gue, Vin. Ini tuh sebenarnya novel buatan Felicia kan?" kata Zhavier menyampaikan kecurigaannya.

Vino memasang ekspresi bingung, pura-pura tidak tahu. "Oh ya? Masa sih?" Tukasnya seraya melihat-lihat novel yang saat ini sedang ia pegang. Pura-pura penasaran.

"Gausah sok-sok akting gitu, gak ketipu gue." Kata Zhavier.

Vino pun menyerah dengan aktingnya. "Bukan gue yang bilang loh ya. Lo yang menyimpulkan sendiri." Tutur Vino kepada Zhavier, masih berusaha menjaga janjinya kepada Felicia untuk tidak mengatakan kepada siapapun tentang novel buatan gadis tersebut. "Tapi kenapa lo mikirnya ini buatan dia?" tanya Vino.

"Coba deh lo bayangkan, ada seorang novelis yang merekomendasikan ke elo sebuah novel. Hal pertama yang di pikiran lo apa? Sembilan puluh persen pasti lo mikir kalau yang direkomendasiin itu novel buatannya kan?" Kata Zhavier.

"Iya sih..." Vino manggut-manggut. "Eh ngomong-ngomong, lo jadi makin dekat sama Felicia ya?"

"Hah? Dekat apaan dah. Biasa aja." Bantah Zhavier seraya berjalan meninggalkan Vino menuju kasir.

"Ngaku lo. Udah mulai suka sama sepupu gue ya?" goda Vino sambil mengikuti Zhavier dari belakang.

"Gak." Balas Zhavier teguh.

"Padahal ya kalau lo mau, deketin aja kali, siapa tahu cocok kan." Kata Vino lalu meletakkan empat buah novel itu ke atas meja kasir untuk dibayar Zhavier.

"Deketin juga ada waktunya kali. Gue kan baru kenal sama dia." Kata Zhavier tiba-tiba setelah mereka keluar dari toko buku itu sambil menenteng plastik berisi novel yang ia borong.

Vino yang berjalan di samping Zhavier pun menoleh. "Berarti lo ada rencana buat deketin dia?!" Tanyanya antusias.

Eh? Kok gue bisa ngomong kayak gitu tadi?, pikir Zhavier. Ia sendiri bingung. "Enggak, maksud gue... kalau mau deketin cewek kan harus kenal dulu orangnya gimana. Bukan berarti gue mau deketin dia."

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang