Chapter 26 : Soal Zhavier

43 3 0
                                    

"Ya jadi gitu deh..." kata Nayla sebagai penutup ceritanya saat ia tengah berkumpul bersama Sarah dan Vania di sebuah restoran sehabis menonton bersama di bioskop.

"Astaga..." balas Vania. "Seram juga ya sekarang.... untung lo baik-baik aja, Na."

"Aduh, maafin gue ya, Nay. Karena gue pulang sama Vino, lo jadi pulang sendirian dan jadi ngalamin hal kayak gitu." Ujar Sarah, ia merasa bersalah.

"Eh, bukan salah kamu kok, Ra. Emang aku-nya aja yang kelamaan pulang." Tutur Nayla. "Padahal udah disuruh pulang sama Papa, Josua juga."

"Ya, tapi tetap aja..."

"Lagian, itu karena ban mobilnya udah bocor juga. Salahku juga waktu itu keluar mobil pas udah malem..."

"Lain kali, jangan pulang sendirian deh, Nay. Bahaya." Tukas Vania.

Nayla memandang Vania. "Iya, Van. Aku gak mau lagi pulang malam gitu ah, trauma. Untung aja waktu itu ada Zhavier." Katanya.

"Eh iya, Nay. Hampir lupa sama Zhavier. Pas itu, lo sama Zhavier canggung gak?"

"Sempat sedikit canggung sih, tapi Zhavier baik banget, kalau gak ada topik, dia cari topik supaya kami berdua gak diam aja."

Sarah manggut-manggut. "Udah move on dari lo belum tuh anak?" Tanyanya.

Nayla menggeleng kecil. Lantas jawaban kecil Nayla itu mengundang dua reaksi berbeda dari Vania dan Sarah. Vania tampak sedikit heran, sementara Sarah terlihat biasa saja.

"Udah gue duga." Kata Sarah. "Kan bener apa yang gue bilang. Zhavier masih belum move on."

"Wah, emang apa sih yang buat dia susah buat lupain lo, Nay?" Tanya Vania heran.

Nayla kembali menggeleng kecil. "Aku juga gak tahu. Mungkin dia cuma gak mau buka hati buat yang lain, bukannya karena susah lupain aku."

"Ini udah berapa tahun coba?" Decak Vania.

"Kata Zhavier sekitar 4 tahun..." tukas Nayla.

"Sekitar 4 tahun, Zhavier masih tinggal dalam bayang-bayang Nayla. Kalau lo, Nay? Berapa tahun baru bisa lupain Zhavier?" Tanya Sarah.

"Hm...." Nayla berdeham kecil sembari menghitung tahun di dalam kepalanya. "3 tahun mungkin?" Jawabnya sembari tertawa kecil.

"Beda tipis sama Zhavier." Bisik Sarah pada Vania.

"Bucin sih," balas Vania kembali.

"Heh, aku denger ya." Protes Nayla.

"Yah, setidaknya lo udah dapat yang baru. Sementara Zhavier, belum."

"Mungkin karena Zhavier belum dapat yang baru, makanya dia lama move on."

"Memang ya! Cara tercepat untuk move on itu ya, cari yang baru." Seru Sarah.

"Setuju." Vania menanggapi. "Eh ngomong-ngomong nih, gue lagi kesel banget sama Danar."

Sebelah alis Sarah terangkat, lalu ia bertanya, "Kenapa, Van?"

"Kalian lagi berantem?" Tanya Nayla.

Vania mengangguk kecil seraya menjawab, "Iya. Belakangan ini dia posesif banget kalo gue lagi sama temen cowok sekantor gue, si Satria. Padahal gue sama Satria itu beneran cuma temen doang."

Nayla menghela napas seraya tersenyum, "Yah, kamu sama Danar juga dulu cuma temenan doang kan? Sekarang malah jadian."

Sarah menderaikan tawanya, "Setuju sama Nayla."

"Ih, bukan gitu, Nay. Gue sama Satria itu udah kayak abang-adek. Beneran gak ada niatan buat ada perasaan suka. Gue jadi bingung, padahal dulu sebelum gue jadian sama Danar, dia santai aja tuh ngelihat gue jalan sama yang lain."

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang