Chapter 46 : Dering Telepon

46 3 1
                                    

Dering telepon yang begitu nyaring mengisi suasana pagi sebuah kamar kos ketika pemiliknya sendiri masih terlelap dengan bunga tidurnya.

Sembari berdering, sembari bergetar, membuat gadis berambut hitam itu mulai terganggu dan membuka matanya perlahan-lahan. Tangannya mulai meraba-raba sekitar kasur untuk mencari benda yang sedari-tadi mengganggunya sehingga tidak bisa tidur dengan tenang.

Begitu mendapatkan benda persegi panjang multifungsi itu, tanpa basa-basi lagi, ia langsung menjawab panggilan tersebut walau kesadarannya masih terkumpul setengah.

Ketika ponsel tersebut berhasil ia letakkan tepat di atas telinga kirinya saat posisi tubuhnya sedang menghadap ke kanan, ia pun menyapa panggilan telepon tersebut dengan suara orang yang baru bangun tidur. "Halo?" Lalu matanya kembali menutup perlahan.

"Fel? Kamu baru bangun?" Sapa seseorang dari seberang sana.

"Hm? Ini siapa?" Felicia malah balik bertanya dengan mata yang masih tertutup.

"Zhavier."

"Oh... kenapa?" Jawab Felicia masih santai.

"Kamu gak ke stasiun? Ini udah jam enam."

Kontan, mata Felicia terbuka lebar. Selebar-lebarnya. Ia meloncat kaget dari tidurnya lalu segera memandang jam yang digantung di dinding kamarnya. Benar-benar jam enam pagi, dan tiga puluh menit lagi seharusnya ia sudah sampai di stasiun!

"Udah dulu ya!" Serunya kepada Zhavier seraya memutuskan panggilan telepon itu secara sepihak.

"Duh! Kok bisa telat bangun gini sih?!" Kata Felicia merutuki dirinya sendiri saat beranjak dari kasurnya. Alih-alih mandi, gadis itu hanya mengganti bajunya saja, sebab kalau mandi, ia tahu bahwa ia akan terlambat untuk sampai ke stasiun.

***

"Hhh...." Felicia menghela napas gusar ketika akhirnya ia berhasil duduk di bangku penumpang kereta api dengan tepat waktu. Untung saja tadi hanya sedikit orang yang mengantri, jadi ia bisa mendapatkan tiket lebih cepat dari biasanya.

Ketika kereta api itu mulai berjalan, Felicia pun mulai menenangkan diri dengan mengatur napasnya yang tadi terengah-engah karena harus buru-buru untuk pergi ke stasiun dalam waktu yang singkat. Sesudah mendapatkan tempo napasnya yang kembali normal, Felicia pun merogoh tasnya untuk mengambil ponsel yang ada di dalam.

Tadi itu hampir aja, untung Zhavier telepon, batin Felicia lalu membuka chatroom WA-nya. Ia berniat mengucapkan terima kasih kepada Zhavier karena sudah meneleponnya tadi, coba kalau tidak, pasti Felicia akan ketinggalan kereta apinya pagi ini. Sebelum mengetikkan kalimat terima kasih, Felicia terdiam sebentar karena baru saja menyadari ada pesan berturut-turut dari Zhavier yang belum dibacanya.

Zhavier : Pagi fel
Zhavier : Udah berangkat?
Zhavier : ....
Zhavier : Udah bangun blm?
Zhavier : Fel, nanti telat ke stasiun
Zhavier : Masih tidur kayaknya ni anak
Zhavier : Fix masih tidur

Begitu isi pesan berturut-turut yang dikirim oleh Zhavier dengan waktu yang berbeda selang beberapa menit di setiap balloon chat-nya, membuat senyum Felicia mengembang secara spontan seusai membaca chat tersebut. Melihat Zhavier mengiriminya pesan seperti ini, jantung Felicia kembali berdegup kencang.

Duh, dapat chat spam dari orang yang disukai tuh ternyata begini ya, batinnya. Ia senang melihat kepedulian Zhavier terhadapnya, dan akan lebih bagus lagi kalau Zhavier punya rasa yang sama dengan apa yang dia rasakan saat ini. Tahu kan bagaimana rasanya mendapat chat berturut-turut dari orang yang disukai?

Eh, tapi tunggu... Apa tadi aku bilang orang yang disukai? Astaga. Apa yang kupikirkan, memangnya aku suka dia?!, protes Felicia terhadap pemikirannya sendiri. Ia melenyapkan senyumannya lalu segera menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pemikiran semacam itu dari kepalanya.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang