"Siapa?" Tanya Nathan sambil memberikan minuman yang dipesan oleh gadis itu.
"Oh... Steffy, tadi dia nitip minuman." Jawab Felicia.
"Oh... Eh?" Nathan bingung. Bukannya Steffy tinggal Bandung? Gimana dia bisa nitip minuman ke Felicia yang ada di Jakarta?
Waduh, keceplosan, batin Felicia. Karena malas mengelak, Felicia pun memilih untuk mengungkapkan kebenaran saja. "Jadi sebenarnya Steffy lagi nginap di rumahku selama dua minggu"
"Oh..." Nathan manggut-manggut. "Kenapa gak diajak aja?"
"Udah diajak tadi, tapi dia gak mau." Balas Felicia seraya mengambil minumannya untuk diseruput.
"Oh...." Nathan berdeham. "Oh iya, daritadi aku belum sempat nyelamatin kamu. Selamat ya atas wisuda-nya." Ia mengulurkan tangannya.
"Kamu tahu darimana?" Tanya Felicia bingung, tapi ia tetap menyambut uluran tangan itu. Seingatnya, ia belum pernah bilang kepada Nathan soal itu.
"Tahu dari postingan IG-mu."
Oh iya, Felicia ingat bahwa akunnya dan akun Nathan sudah saling mengikuti lagi. "Oh... makasih ya..."
"Jadi lanjut S2-nya?"
"Ini lagi diusahain."
"Diusahain gimana?"
"Aku sama Steffy lagi mau magang dulu, tapi sambil nunggu program beasiswa. Kalau diterima, baru deh lanjut S2." Ujar Felicia singkat. "Kamu?"
"Aku nunda ambil S2."
"Loh kenapa?"
"Aku udah dapat pekerjaan. Padahal kemarin cuma iseng-iseng ngelamar, karena diajak temen. Terus diterima, ya udah aku milih buat kerja dulu deh."
"Wah, selamat ya..." Ucap Felicia.
"Hahah, makasih, Fel. Kamu orang pertama yang tahu setelah keluargaku."
"Wah, aku merasa spesial dong? Hahaha..." Kelakar Felicia.
"Iya, kamu selalu spesial kok bagi aku." Kata Nathan.
Felicia tertegun. Bukan karena ia goyah, tapi karena perkataan Nathan barusan membuatnya berpikir, Andaikan aja Zhavier yang bilang begitu ke aku.
Berbagai topik percakapan pun mulai mengalir begitu saja diantara mereka, seolah mereka begitu mengenyampingkan perasaan masing-masing yang sempat tersendat karena keduanya harus putus di tengah jalan. Mereka juga bernostalgia masa SMA tanpa adanya rasa canggung. Lalu entah dapat keberanian darimana, Felicia bertanya, "Nathan, kenapa sih waktu itu kamu hilang tanpa kabar?"
Nathan tersentak. Kok bisa tiba-tiba Felicia penasaran akan hal itu? Tapi baguslah, ini kesempatan baginya untuk mendapatkan kembali hati Felicia. "Sebenarnya, waktu itu aku lagi tertekan banget, Fel." Kata Nathan, jujur apa adanya. "Kamu tahu kan kalau orang tua aku itu maksa banget supaya aku masuk PTN?"
Felicia mengangguk pelan. Ia ingat dulu, sewaktu SMA, Nathan pernah bercerita bahwa kedua orang tuanya begitu berambisi agar Nathan masuk ke perguruan tinggi negeri jalur SNMPTN ataupun SBMPTN.
"Sementara dulu, aku itu bisa dibilang murid yang biasa-biasa aja. Belajarnya malas dan sering bolos les juga. Jadi semenjak UN selesai, aku dituntut sama orang tuaku supaya masuk universitas negeri lewat SBMPTN. Dan karena aku diancam gak akan dibayarin kuliah kecuali di PTN, aku pun belajar mati-matian diwaktu yang singkat itu." Lanjut, Nathan bercerita. "Itulah kenapa aku jarang ngehubungin kamu, terus kita juga jadi jarang komunikasi karena sama-sama sibuk persiapan SBMPTN."
"Lalu?"
"Terus waktu aku diterima di Udayana, aku senang banget, Fel. Aku merasa kalau perjuanganku dalam waktu singkat itu gak sia-sia. Dan disitu, orang tuaku bangga banget sama aku. Tapi tuntutan mereka gak sampai disitu aja. Setelah lulus pun aku gak dikasih kelonggaran dan malah disuruh lulus kuliah tepat waktu biar gak malu-maluin mereka, katanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...