Walaupun Sania adalah orang pertama yang menyampaikan informasi penarikan novel itu kepada Felicia, ia tetap jadi tersangka utama bagi Purnawan saat mengingat bahwa Sania adalah orang yang menyerahkan naskah novel itu kepada operator percetakan setelah proses penyuntingan dan penandatanganan kontrak usai. Menurut Purnawan, peluangnya dalam menyabotase naskah novel tersebut sangatlah besar.
"Saya sungguh memberikan naskah yang benar kepada operator. Saya tidak menggantinya sama sekali." Sania memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri. "Bahkan pada hari pertama percetakan, saya langsung mengambil beberapa novel untuk diberikan kepada Felicia. Saya juga memeriksa novel itu satu per satu, bahkan berulang kali, dan tidak ada yang aneh darinya. Tidak ada unsur SARA ataupun pornografi dari novel tersebut." Lanjutnya begitu yakin.
"Ayah, yang dikatakan oleh Mbak Sania itu benar. Aku juga mendapatkan cetakan pertama novelnya dan langsung membacanya. Sama sekali tidak ada yang diganti dari naskah yang kubuat." Felicia ikut memberi pembelaan karena memang itulah yang benar-benar ia alami.
"Jadi bagaimana mungkin..." Purnawan heran. Apakah ada perbedaan isi novel dari cetakan hari pertama dan selanjutnya? "Kamu bawa novelnya, Cia?"
"Saya bawa, Pak." Malah Sania yang menjawab. Ia pun mengeluarkan novel berisi naskah asli itu dari tasnya. "Ini, Pak. Boleh Bapak periksa. Saya yakin sekali, novel ini sama sekali tidak mengandung unsur yang dituduhkan."
Purnawan memandang putrinya seolah bertanya apakah ia harus mempercayai ucapan Sania, dan Felicia pun mengangguk. Jadi pria paruh baya itu pun menerima novel tersebut dari tangan Sania, kemudian mengopernya kepada pria bernama Fadhli, salah seorang pihak berwajib yang menangani penarikan novel buatan Felicia dari peredaran.
"Ini, Pak. Silakan dicek halamannya." Ujar Purnawan.
Fadhli pun segera memeriksa halaman novel serahan Sania, lalu dibandingkan dengan novel yang ditarik dari peredaran. Dan ternyata benar. Ada perbedaan yang begitu kontras dari konteks naskah tersebut.
"Benar. Novel ini sama sekali tidak mengandung unsur yang dituduhkan." Fadhli mengambil kesimpulan setelah ia dan beberapa orang selesai membandingkan halaman-halaman novel yang menjadi pertentangan.
"Memang benar, Pak. Felicia tidak akan mungkin menulis sesuatu dengan rate 21+ seperti itu..." Ujar Sania yakin. Ia berusaha keras seperti itu agar Purnawan serta orang-orang di sana mempercayainya dan tidak menaruh rasa curiga terhadapnya.
"Kalau begitu, bagian penerbitan tidak bersalah... bagaimana dengan bagian percetakan? " Kemudian Fadhli melemparkan pertanyaan tersebut kepada pihak Purnawan selaku pemilik perusahaan percetakan.
"Sebelum hari percetakan, kami yakin sudah melakukan penyeleksian naskah dengan baik. Dan naskah yang dicetak pun lulus penyeleksian. Sayangnya, kami tidak melakukan penyeleksian lagi pada hari percetakan yang selanjutnya dan seterusnya." Ujar salah seorang operator percetakan yang bekerja di perusahaan percetakan milik Purnawan.
Purnawan menghela napasnya. "Pasti ada yang menukar naskahnya pada hari berikutnya." Tapi siapa?
Setelah ditanyai, para pegawai dan operator percetakan perusahaan mengaku tidak tahu-menahu soal pergantian naskah tersebut, tidak ada juga yang menyadari bahwa naskah novel tersebut sudah diganti setelah hari pertama percetakan berlalu,
Purnawan sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Ia sangat tidak mengerti tentang bagaimana hal itu bisa terjadi, dan ia tidak punya siapa-siapa lagi untuk dicurigai.
"Ayah, bagaimana dengan skedulnya? Mbak Sania bilang kalau pendistribusian novelku baru dilakukan tanggal 25 September, sedangkan ini masih tanggal 22 September. Pasti ada yang mengubah jadwalnya agar kita kecolongan seperti ini..." Felicia angkat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...