Tamu-tamu undangan yang hadir itu memenuhi ruangan kantor yang sudah diresmikan bulan lalu. Para tamu undangan tersebut mengeluarkan bunyi ingar karena masing-masing dari mereka berlomba-lomba untuk mengucapkan selamat atas peresmian anak perusahaan yang telah dibangun setelah direncanakan dari sekian lama.
Sama halnya dengan tamu-tamu yang lain, Zhavier dan ayahnya juga memberikan selamat kepada Ramli, pemilik perusahaan utama, meskipun agak terlambat karena Zhavier sempat ketiduran.
"Selamat ya, Ramli... dan maaf kami terlambat." Tukas Gilang, ayah Zhavier, saat bersalaman dengan Ramli, rekan kerjanya.
"Ah, tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf." Sahut Ramli dengan senyum sumringahnya. "Terima kasih ya sudah mau datang."
"Selamat siang, Pak." Sapa Zhavier dengan ramah. "Maaf saya tidak bisa berjabat tangan karena tangan saya sedang di-gips." Lanjutnya dengan kata-kata yang formal.
"Kalau begitu tangan kiri saja, hahahaha...." balas Ramli sambil tertawa. Ia mengulurkan tangan kirinya, menunggu untuk disambut oleh Zhavier.
"Tidak apa 'kah?" Tanya Zhavier, ia memandang ayahnya. Lantas yang dipandang pun mengangguk kecil. Zhavier pun mengangkat tangan kirinya dengan ragu.
"Oh, tidak usah sungkan begitu." Ramli yang tidak sabaran lantas menyambar tangan kiri Zhavier seraya menjabatnya. "Terima kasih ya sudah datang." Lanjut pria tersebut sambil tersenyum ramah.
Zhavier pun ikut tersenyum.
"Jadi, siapa yang akan meng-handle anak perusahaanmu ini?" Tanya Gilang setelah mereka selesai berjabat tangan.
"Itu dia orangnya." Tunjuk Ramli pada seorang pria yang sedang berada tak jauh dari posisi mereka, pria itu tambah sibuk berbincang dengan orang-orang di sekitarnya. "Namanya Ethan. Dia anaknya teman baikku, nilai akademisnya bagus sekali, jadi kutawari posisi ini. Beruntung dia setuju. Oh iya, dia ini 3 di atas kamu, Zhavier." Ungkapnya.
"Tiga apa, ya Pak...?" Zhavier bingung.
"Tiga tahun lebih tua maksudnya." Ralat pria tersebut.
"Oh..." Zhavier mengangguk paham lalu menyengir kecil.
"Ethan!" Panggil Ramli kepada pria yang ada di sudut ruangan tersebut. Ia melambaikan tangannya agar disadari oleh Ethan.
Tak butuh waktu yang lama, Ethan pun mengerti, ia segera pamit dengan orang-orang disana, lalu beranjak pergi menuju posisi dimana Ramli, Gilang, dan Zhavier berada. Dari pertama kali lihat, Zhavier bisa langsung tahu bahwa wajah pria bernama Ethan itu adalah pria blasteran 'bule' dan Indonesia.
"Kenalkan, ini Pak Gilang dan Zhavier. Duo maut yang pernah saya ceritakan kepada kamu." Ujar Ramli kepada Ethan saat laki-laki itu sudah berada di hadapan mereka.
Mendengar hal itu keluar dari mulut Ramli, Gilang langsung tertawa geli. "Hahahaha, duo maut apanya?" Protes pria paruh baya itu.
"Ah, tapi benar kan? Kalian hebat sekali loh, bapak dan anak yang bisa memimpin dua perusahaan besar yang berbeda." Goda Ramli.
"Bisa saja, Pak." Balas Zhavier.
"Ah, Pak Gilang ini salah satu pemimpin perusahaan yang mendukung berdirinya anak perusahaan ini kan?" Tebak Ethan antusias.
"Mm... iya." Jawab Gilang seadanya.
"Selamat siang..." sapa Ethan kepada mereka berdua sambil mengangguk ramah.
"Siang..." balas Gilang.
"Siang..." Zhavier mengekor.
Ethan pun menjabat tangan Gilang dengan senang hati. Lalu saat giliran Zhavier, Ethan menyipitkan matanya. "Kamu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...