Chapter 68 : Mungkinkah Dia..?

25 2 0
                                    

"Lihat, Fel. Gak dibales lagi." Tunjuk Steffy kepada Felicia tentang berakhirnya percakapan antara dia dan Zhavier melalui DM Instagram. "Dia pasti lagi cemburu, nih." Duga Steffy dengan tepat.

"Tuh, kan. Stef, kalau dia beneran ngira aku nerima lamarannya Adrian gimana?" Ujar Felicia khawatir. Tadi itu memang bukan ia sendiri yang membalas, melainkan Steffy. Sini gue kasih pelajaran, begitu kata Steffy tadi.

"Ya bagus dong. Biar dia mundur." Kata Steffy.

"Mundur?"

"Iya. Lo emang mau move on dari dia kan?" Steffy memastikan.

Felicia sempat diam sebelum akhirnya menjawab. "Ya... iya sih, tapi kalau dia ngira itu beneran, dan ternyata itu gak terjadi, aku jadi kayak ngebohongin dia kan?"

"Yaudah, ntar kalau gak jadi, bilang aja kalau lo berubah pikiran, atau bilang kalau lo udah suka sama yang lain." Kata Steffy gamblang. "Oh atau..."

"Atau?" Felicia penasaran.

"Bilang kalau lo balikan sama Nathan." Lanjut Steffy iseng.

"Hei... jangan sampai." Celetuk Felicia, tidak setuju dengan gagasan barusan.

"Yah, berhubung lo emang udah mau move on, alasan apa pun boleh kan? Asalkan dia mundur. Tapi gak cukup itu aja, lo juga harus cuekin dia. Pokoknya mulai sekarang, lo harus tunjukin sisi cuek lo. Kalo dia chat apa-apa, lo balasnya singkat-singkat aja. Ingat! Jaga jarak, oke?" Steffy mengingatkan.

"Iya-iya, Stef." Jawab Felicia sambil mengangguk-angguk. Sejujurnya ia masih ragu akan hal itu, tapi ya sudahlah, toh ia dan Zhavier tidak memiliki hubungan apapun yang berarti.

***

"Cia, Jumat depan Ayah sama Ibu bakalan pergi ke Surabaya, kamu mau ikut gak?" Tanya ibu Felicia saat mereka sedang mempersiapkan makan malam bersama dengan Steffy. Sementara mereka bertiga sibuk berada di dapur, sang ayah berada di ruang keluarga, sedang menonton TV.

"Hm? Ngapain, Bu?" Sahut Felicia yang sedang menata piring di atas meja makan.

"Buat ngehadirin acara pernikahannya anaknya sepupu Ayah. Kita diundang sekeluarga ke sana." Jelas ibu Felicia sambil mengantarkan semangkok sup daging sapi ke atas meja.

"Oh... Cia gak ikut deh, Bu." Tolak gadis itu tanpa pikir panjang. Lagi pula ia tidak terlalu dekat dengan keluarga sepupu ayahnya, jadi ia yakin akan bosan kalau ikut, karena tidak ada yang bisa diajak bicara.

"Yakin? Ibu sama Ayah pulangnya hari Minggu malam loh. Kamu gapapa ditinggal sendirian di rumah selama tiga hari?"

"Kan ada Steffy, Tante." Sahut Steffy tiba-tiba setelah selesai menuangkan air mineral ke gelas yang akan dipakai untuk minum.

"Kamu bukannya pulang Minggu ini ya, Stef?" Tanya Felicia lalu duduk di kursi.

"Oh iya. Tante kan perginya hari Jumat depan ya?" Kata Steffy seraya menepuk jidatnya dengan pelan.

Kemudian sebuah ide muncul di kepala ibu Felicia. "Nah iya. Steffy, gimana kalau kamu pulangnya Minggu depan aja? Sekalian nemenin Felicia di rumah. Ntar Tante minta izin ke Mama kamu deh." Usulnya.

"Oh, boleh, Tante!" Seru Steffy. "Dengan senang hati malah."

"Oke deh, nanti Tante bilang ya."

"Siap, Tante!"

Felicia memandang Steffy dengan sebuah senyuman yang mengembang pada bibirnya. Seminggu lagi bersama sahabatnya? Asyik!

"Tapi jangan kemana-mana ya, soalnya Ibu sama Ayah kan gak di Jakarta, ntar kalau ada apa-apa gimana?" Pesan sang ibu.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang