Mentari pagi menyapa Zhavier dengan sinarnya melalui celah-celah tirai jendela yang tidak tertutup rapat. Ia membuka matanya perlahan lalu bangun dari kasur yang ia tiduri semalaman.
Ah iya, aku kan lagi di rumah Nayla, batin Zhavier saat ia menyadari bahwa suasana kamar yang ia lihat saat ini terasa begitu berbeda dari kamarnya.
Zhavier mengambil ponselnya yang berada di meja dekat kasur lalu memeriksa waktu yang ada di sana. Waktu menunjukkan tepat pukul 07.33 WIB. Zhavier terlambat bangun. Padahal semalam, ia berencana untuk pulang ke rumahnya pada jam 6 pagi. Tapi ya sudahlah, ia pun beranjak dari kasur tersebut lalu berjalan ke luar kamar menuju ruang keluarga.
Tepat di ruang keluarga, suasana terasa sunyi, sepi seakan tidak berpenghuni. Zhavier menjadi bingung, ke mana perginya semua anggota keluarga Nayla. Lalu terdengar suara dentingan antara piring dengan sendok dari arah ruang makan. Zhavier pun segera menyusul suara itu lalu mendapati Nayla yang tengah menata makanan di meja makan tentunya.
"Selamat pagi," sapa Nayla seraya tersenyum saat menyadari bahwa Zhavier menghampirinya. "Tidurnya nyenyak?"
Zhavier mengangguk pelan. Sungguh sebuah pemandangan yang indah baginya saat melihat Nayla yang sedang menyiapkan sarapan, membuat Zhavier merasa seolah memiliki Nayla sebagai istrinya. Ya, begitulah yang ia rasakan saat ini, sangking mustahilnya untuk kembali memiliki gadis itu.
"Duduk, Zhavier. Kita sarapan bareng ya?" Ajak Nayla.
"Em... oke deh.." kata Zhavier patuh. Tadinya ia sempat ingin menolak dan langsung pulang, tapi kalau Nayla yang meminta... ia tak kuasa menolak.
Nayla tersenyum simpul lalu menyiapkan piring makan untuk Zhavier.
"Nay..." panggil Zhavier setelah duduk manis di kursi.
"Ya?" Jawab Nayla.
"Papa sama Mama kamu mana?" Tanya Zhavier.
"Oh, mereka udah pergi ibadah jam 7 tadi."
"Kalau Kevin?"
"Di kamarnya. Masih tidur."
"Oh..." Zhavier manggut-manggut. "Kamu gak ibadah?"
"Aku sama Kevin ibadah sore."
"Oh....." Zhavier kembali bergumam. "Ini kamu yang buat?" Tanyanya saat melihat berbagai lauk di meja makan.
"Ya, dibantu sedikitlah sama Bibi." Jawab Nayla.
"Serius kamu bisa masak?" Tanya Zhavier lagi dengan nada yang meragukan.
"Ih, kok kedengarannya kamu kayak gak yakin gitu sih?" Protes Nayla seraya berkacak pinggang.
Zhavier menderaikan tawanya, "Ya habis, aku baru tahu kalau kamu bisa masak. Pas SMA kan kamu gak pernah masak." Tukasnya mengingat kembali masa lalu.
"Heh, siapa bilang gak pernah masak? Ingat pas valentine waktu SMA? Aku kan masakin kamu cake coklat, terus kamu juga bilang enak."
Ah iya, bagaimana Zhavier bisa lupa akan itu? Waktu itu, Zhavier benar-benar jadi pria yang paling bahagia satu sekolahan.
"Kan cuma itu...."
"Hmm... waktu Papa kamu ultah juga, kita buat kue ulang tahun bareng kan..." kata Nayla lagi.
"Eh, kok masih ingat aja?"
"Emangnya kenapa?"
"Ya, gak apa-apa sih."
"Aku kan gak pikun." Celetuk Nayla, lalu duduk tepat berhadapan dengan Zhavier.
"Iya deh," tutur Zhavier sembari tertawa kecil. "Tapi aku senang, kamu masih mau ingat soal aku.... yah, walaupun dulu aku pernah nyakitin kamu dengan ninggalin gitu aja sih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...