Chapter 54 : Confidence VS Insecurity

43 3 1
                                    

"Menurut gue sih, dia emang mau PDKT sama lo lagi, Fel." Steffy mengemukakan pendapatnya setelah mendengar cerita Felicia tentang Nathan yang mengajaknya makan bersama tempo hari yang lalu. "Apa lagi dia bawa lo ke kafe yang sering kalian kunjungi dulu, itu pasti maksudnya biar lo ingat lagi sama masa lalu." Lanjut Steffy dengan saksama.

Felicia mengangguk setuju. "Aku juga mikir gitu." Lalu ia kembali menyeruput minuman caramel macchiato-nya.

"Tapi lo gak bakalan goyah kan, Fel?" Tanya Steffy khawatir. "Ingat loh, dia udah ninggalin lo tanpa kejelasan."

"Iya. Gak akan kok."

"Eh, tapi ngomong-ngomong soal itu. Dia gak ada kasih tau soal alasannya ninggalin lo waktu itu?"

"Enggak ada." Kalau tadi Felicia mengangguk, kini ia menggeleng pelan.

"Lo gak tanya?"

"Gak, karena aku juga gak penasaran lagi."

Steffy berdeham pelan. "Kayaknya lo benar-benar udah gak ada rasa sama dia lagi ya?"

"Harusnya sih gak ada lagi ya..."

"Hummm... karena Zhavier nih, karena Zhavier." Goda Steffy.

"Hahaha, apaan sih..."

"Eh, eh, apa kabar si Adrian?" Singgung Steffy tiba-tiba.

"Kok tiba-tiba nanya dia?" Felicia mengerutkan dahinya.

"Entahlah..." Steffy mengangkat bahunya pelan. "Tiba-tiba gue kepikiran aja gitu sama dia. Dia kan juga termasuk salah satu dari sekian banyak cowok yang berusaha mendekati lo."

Felicia tergelak. "Baik-baik aja kok dia."

"Oh ya?"

"Iya..."

"Dia masih suka rese ga nelpon-nelponin lo?"

Felicia tercekat. Ia baru saja menyadari sesuatu. "Enggak lagi." Jawabnya lega. "Kamu ingat gak pas dia datang ke kos aku buat kasih kado ultah?"

"Iya, ingat. Kenapa?"

"Nah, kan pas dia kasih kado itu, secara gak langsung aku bilang ke dia kalau aku merasa gak nyaman digituin sama dia. Aku juga bilang kalau aku gak bisa janji untuk membalas perasaannya."

"Terus?"

"Nah setelah itu, aku baru sadar kalau ternyata lama-lama kami udah jarang chat dan jarang ketemu juga. Jadi kurasa, sekarang dia udah nyerah sama aku, Steff."

"Ooo... pantes belakangan ini lo adem banget gak pake curhat-curhatan segala."

Felicia tersenyum tipis. "Aku lega akhirnya dia memilih untuk menyerah dan menjauh perlahan-lahan."

"Fel, jawab cepat ya. Pilih mana, Adrian atau Zhavier?" Tanya Steffy tiba-tiba.

"Zha-zhavier..." jawab Felicia malu-malu.

Steffy menderaikan tawanya seraya berdecak pelan. "Apa sih yang membuat lo gak bisa membalas perasaan Adrian?" Tanyanya tak habis pikir. "I mean, he's more than enough and definitely better than Nathan. Mulai dari sikap, pekerjaan, penampilan, perilakunya, perhatiannya ke elo, and most importantly, he loves you. C'mon, don't you think he's perfect?"

"Agreed. Dia memang baik, perhatian, pengertian, pokoknya lebih dari Nathan. Kalau kamu suruh aku pilih antara Adrian atau Nathan, aku juga pasti bakalan pilih Adrian karena aku gak mau balikan sama Nathan. Tapi... aku bukan cuma punya dua pilihan kan? Lebih dari itu."

"Oh, I see... pilihanmu jatuh pada Zhavier." Simpul Steffy, lalu ia kembali berfokus menghabiskan donat yang ada di hadapannya.

Felicia tak menjawab, ia hanya menyengir kecil. "Hehehe... What do you think about him?"

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang