Felicia mengaduk-aduk sarapan yang ada dihadapannya dengan sendok makan sambil menatap hidangan itu dengan tidak selera. Sedari tadi, hanya dua suapanlah yang berhasil ia masukkan dan kunyah kedalam mulut untuk mengisi perutnya yang lapar itu. Aneh sekali, sekarang ini ia sedang merasa lapar, tapi perutnya seolah tidak ingin menerima makanan jenis apapun untuk masuk. Awalnya ia bingung tentang apa yang membuat tubuhnya bereaksi seperti ini, tapi sedetik kemudian, ia ingat bahwa hal itu terjadi karena Zhavier.
Ia sempat mereka ulang kejadian semalam yang berhasil membuatnya jadi berantakan hingga akhirnya tertawa dalam hati. Bodoh kamu, Fel. Kenapa juga kamu harus nangisin orang yang gak tahu hatinya buat siapa, ia membatin sambil menertawakan dirinya sendiri.
Ditengah-tengah kesunyiannya, tiba-tiba sang ibu menghampiri putrinya sambil bertanya, "Kenapa makanannya diaduk-aduk gitu, Cia?"
Felicia mendongak pelan seraya menjawab, "Enggak kok...."
"Nanti sore jangan lupa masak sayur buat Ayah ya..." pinta ibu Felicia sambil menuangkan segelas air mineral pada gelasnya.
"Hm? Emangnya Ibu mau kemana?" Tanya Felicia penasaran. Biasanya sang ibu lah yang menyediakan lauk itu untuk makan malam, setelah pulang dari tempat kerjanya.
"Ibu ada acara di kantor, jadi mungkin pulangnya agak telat." Jelas sang ibu seraya menghabiskan segelas air mineral yang ada pada genggamannya.
"Oh, oke-oke...." Jawab Felicia patuh
"Kalau gitu, Ibu berangkat dulu ya..."
Felicia pun segera menyalam ibunya. "Hati-hati di jalan ya, Bu. Jangan lupa kunci rumah cadangan."
"Iya, udah, dah..." Sang ibu pun berlalu, mengikuti suaminya yang sedari-tadi memang sudah siap untuk berangkat ke beberapa tempat dengan niatan untuk mencari pekerjaan.
Setelah ditinggal sendiri, Felicia pun menyelesaikan sarapannya lalu segera mengunci berbagai pintu masuk rumah agar ia bisa tinggal di dalam kamarnya untuk waktu yang lama. Sambil merebahkan diri di kasur, sambil ia merenung soal kejadian semalam. Hatinya masih menyisakan perasaan pedih yang mendalam sampai-sampai ia tak berani memeriksa ponselnya karena takut hal itu mungkin akan lebih menyakiti perasaannya.
Felicia memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Kejadian yang ia alami semalam itu terasa begitu baru dan asing, karena memang sudah lama ia tidak merasakan sakit seperti ini semenjak Nathan pergi. Inilah yang dikhawatirkan oleh Felicia. Ia takut menyukai seseorang seperti ia menyukai Nathan dulu dan ia benci saat dikecewakan oleh seseorang yang ia sukai sama seperti yang Nathan lakukan dulu.
Daripada diam-diam gini, mending cari kerjaan aja, tapi yang gak berhubungan sama hp, batin Felicia. Menurutnya, cara terbaik untuk mengalihkan diri dari perasaan galau adalah dengan melakukan kegiatan yang bersifat produktif. Maka ia pun segera mengambil laptop miliknya, lalu membuka Ms. Word dan mulai menuangkan segala pikirannya kedalam lembaran digital yang ada disana. Pertama-tama ia menulis ide-ide yang belum lama ini terlintas dalam pikirannya untuk menggarap novel baru, kemudian ia mulai mengetik potongan-potongan naskah yang nantinya akan ia kembangkan jika sudah punya gambaran yang lengkap terhadap jalan ceritanya.
Benar saja caranya itu, ampuh sampai ia lupa waktu karena begitu tekun mengerjakan segala sesuatunya melalui ketikan pada lembaran digital tersebut. Saat mulai buntu dalam pikirannya, ia pun mengambil sedikit waktu istirahat untuk makan siang dan melakukan sedikit peregangan pada tubuhnya. Dan karena tak kunjung mendapat inspirasi lagi, ia pun memutuskan untuk mengambil beberapa novel kesukaannya untuk dibaca ulang, di atas kasurnya. Sampai pada akhirnya, rasa kantuk yang tak tertahankan akhirnya menutup matanya dan tertidur, membiarkan beberapa novel miliknya terserak disekitarnya di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...