Mobil yang Zhavier dan Felicia tumpangi akhirnya berhenti dengan mulus tepat di depan gang yang letaknya tak jauh dari kos tempat tinggal gadis itu pada pukul 18.24 WIB. Tadinya sebelum mengantar Felicia, Zhavier sempat menawarkannya untuk makan malam bersama, tapi Felicia menolak dan lebih memilih untuk makan di kos saja. Jadi tadi, dari pabrik, mereka langsung pulang menuju kos Felicia, tidak singgah kemanapun lagi.
Felicia yang menatap lurus ke depan, sedikit penasaran karena mendapati sebuah mobil, yang tidak ia kenal, terparkir tepat di depan pagar kosnya.
"Yuk, Fel. Saya antar sampai depan kos." Gumam Zhavier seraya turun dari mobilnya.
Tadinya Felicia sempat ingin menolak tawaran tersebut, tapi Zhavier sudah turun duluan, jadi dia hanya akan mengikuti pria itu saja.
"Makasih banyak loh hari ini." Kata Zhavier saat mereka berjalan bersama menuju kos Felicia. "Kamu udah mau nemenin saya dari pagi sampai jam...." Zhavier melirik arlojinya. "Setengah tujuh malam.." Lanjutnya. "Ternyata perjalanan ke sana, buat pulang pergi aja makan waktu enam jam ya, belum lagi macetnya."
Felicia mengangguk pelan. "Iya sama-sama." Balasnya. "Lagian, saya senang bisa dapat ilmu juga dari acara kunjungan klien tadi."
"Kamu itu ya, dimana-mana selalu cari kesempatan buat dapat ilmu."
"Gak apa-apa kan? Biar wawasan saya tambah luas."
"Hahah, iya deh."
Felicia yang tadinya berjalan dengan santai, berdampingan dengan Zhavier, kini berhenti setelah melihat seorang pria yang turun dari mobil yang terparkir tepat di depan kosnya. Adrian. Siapa lagi kalau bukan dia. Felicia menyipitkan matanya untuk memandang pria tersebut, setelah yakin bahwa yang dilihatnya memang Adrian, Felicia melangkah cepat menghampirinya tepat di depan mobilnya, meninggalkan Zhavier yang masih berjalan dengan tempo biasa.
"Adrian." Sapa Felicia saat menghampirinya.
"Hei" balas pria itu.
"Udah lama nunggu di sini?" Tanya Felicia. Ia ingat bahwa tadi sore Adrian menyuruhnya untuk memberi kabar jika ia sudah sampai di kos, tapi Felicia tidak bisa melakukan itu, ponselnya mati karena low battery.
"Hm.... sekitar jam 5 tadi?"
Berarti dia nunggu aku selama satu setengah jam?, batin Felicia. "Maaf, tadi hpku lowbat." Ungkap Felicia.
"Oh iya, pantas aku gak bisa menghubungimu." Kata Adrian seraya memberikan sebuket bunga yang ia beli tadi sore. Tidak lupa dengan sebuah paper bag yang berisi beberapa coklat batangan yang terbungkus rapi oleh kemasannya masing-masing. "Happy Valentine's day, Cia!" Seru pria tersebut.
Felicia menelan ludah lalu membalas, "Kamu gak perlu repot-repot..."
"Ambil aja, Cia." Adrian meraih tangan Felicia agar gadis itu mau menerima pemberiannya.
Felicia menerima hadiah-hadiah itu dari tangan Adrian dengan setengah hati. Ia merasa segan untuk menerimanya tapi tak bisa membalas perasaan Adrian sebagaimana pria itu mengharapkannya.
"Tenang aja ini masih hadiah valentine, kalau hadiah ulang tahunmu, kukasih besok. Eh, tapi besok kamu balik ke Jakarta ya? Padahal aku masih harus tinggal di sini... kalau gitu aku kasih pas kamu balik ke sini aja lah ya?" Kata Adrian seraya tersenyum simpul.
Sungguh rasanya tidak enak sekali, Felicia merasa seolah dia sedang memberikan harapan palsu bagi Adrian.
"Gak perlu, An. Aku...." Belum sempat Felicia menyelesaikan kalimatnya, Zhavier memotong dengan dehamannya.
"Ehkm... barang kali kamu lupa kalau saya masih di sini, Fel." Protesnya karena merasa terabaikan. Ia berjalan maju mendekati Adrian dan Felicia. Zhavier sendiri tidak tahu kenapa ia harus menginterupsi percakapan serius antara mereka berdua tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Storie d'amore[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...