Chapter 37 : Bingung

66 3 6
                                    

Hosea setengah mati membujuk Zhavier untuk ikut dengannya pergi ke kafe Voila seusai ibadah di gereja selesai. Meskipun Zhavier sudah memberikan begitu banyak alasan, rupanya Hosea tidak menyerah sampai pada akhirnya sobat karibnya itu menuruti kemauan Hosea, dengan syarat, pria itu harus mengantar Zhavier pulang ke rumah dengan selamat – mengingat bahwa Zhavier tidak bisa menyetir sendiri – dan Hosea pun mengangguk setuju.

Waktu pada hari itu menunjukkan pukul 13.34 WIB, mereka berdua mendapati kafe tersebut tidak terlalu ramai pengunjung, jadi mereka bisa lebih leluasa untuk memilih tempat untuk ditongkrongi. Sementar Zhavier melihat-lihat menu yang baru saja diberikan oleh seorang pelayan di sana, Hosea malah sibuk mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, seolah sedang mencari sosok yang memang sedari-tadi ingin ia temui.

"Lagi ngapain sih, Hos?" tanya Zhavier risih saat menyadari bahwa sobatnya itu layaknya cacing kepanasan.

"Hah? Gapapa kok." sahut Hosea, tapi ekspresi wajah yang ia tunjukkan tidak sesuai dengan perkataannya.

Zhavier yang merasa bodo amat itu pun segera kembali fokus pada menu dan segera memutuskan hendak memilih makanan apa untuk dipesan.

"Udah mesannya?" tanya Hosea saat Zhavier menutup menunya.

"Udah." Lalu Zhavier menyodorkan menu itu pada Hosea.

"Yang mana yang enak?" tanya Hosea lagi saat ia mulai membuka buku menu tersebut.

Zhavier mengedikkan bahunya. "Gatau. Gue kan gak pernah makan di sini, cuma sering beli minumannya aja." Ungkapnya jujur.

"Oh." Deham Hosea seraya kembali fokus dengan buku menu yang ada di hadapannya saat ini.

"Jujur deh, Hos. Lo mau ngapain sih ngebet banget ngajak gue buat makan di sini?" tanya Zhavier langsung kepada poin utama.

Hosea menjeling. "Memang lagi pengen makan di sini aja sih." tukasnya dengan pandangan kembali kepada menu. Tapi Zhavier tidak percaya. Hosea itu bukan seseorang yang suka pilih-pilih tempat makan, jadi pasti ada alasan mengapa Hosea mengajaknya kesana.

Zhavier mengangkat alisnya sebelah, mencoba menebak-nebak dalam hati. "Lo nyari Felicia ya?" tanyanya.

Hosea kembali menjeling. Ia menahan tawa. "Ya gak lah. Felicia kan gebetan lo, masa gue embat?"

Zhavier menepis, "Siapa bilang kalau Felicia itu gebetan gue?"

"Gue yang bilang." Sahut Hosea.

Zhavier mendengus kesal tapi sekaligus merasa sedikit lega entah mengapa, lalu sedetik kemudian ia membalas, "Kalau bukan Felicia, jadi siapa?"

"Ada lah." Sahut Hosea, seolah sedang menyimpan rahasia.

Zhavier berdecak pelan, "Tapi yang pasti cewek kan?" tebaknya.

"Ya iyalah."

"Syukurlah."

Beberapa saat setelah memesan dan menunggu, akhirnya makanan yang mereka pesan datang, dengan diantarkan oleh seorang perempuan yang bekerja di sana. Untuk beberapa saat, baik Hosea maupun Zhavier tidak sadar bahwa yang mengantarkan makanan tersebut ialah Steffy, sahabat Felicia, sampai akhirnya perempuan itu sendiri bertanya, "Zhavier ya?" tanyanya memastikan.

Zhavier yang tadinya sibuk berkutat dengan ponselnya, kini menengadah dan memandang gadis tersebut. "Iya. Siapa?" tanyanya bingung.

Sementara itu, Hosea ikut menoleh, ia merasa senang bahwa tujuan utamanya – bertemu dengan Steffy – dengan datang ke kafe tersebut akhirnya terwujud.

"Gue Steffy. Teman Felicia." Ujarnya memperkenalkan diri.

"Oh..." Zhavier berdeham pelan. "Kenal gue darimana?" tanyanya penasaran.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang