"Beneran?!"
Hosea melebarkan senyumannya begitu mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan oleh sahabatnya, Zhavier."Sama si Felicia itu?" Tanyanya lagi, tak percaya.
Akhirnya kemungkinan bahwa Zhavier bisa move on dari masa lalu telah terbuka setelah sekian lama. Entah mengapa, Hosea senang saat tahu Zhavier kembali membuka hatinya untuk orang lain. Hal semacam ini adalah kesenangan tersendiri untuknya sebagai seorang sahabat.
"Eh, entahlah." Zhavier mengedikkan bahunya. "Gue cuma bilang tertarik loh ya. Bukan apa-apa," lanjutnya.
Hosea bisa merasakan keraguan di hati Zhavier saat itu. Ia tahu mungkin Zhavier masih menyimpan rasa untuk Nayla dan belum siap menghapus keberadaan gadis itu dari dalam hatinya. Tapi Hosea bertekad sendiri di dalam hatinya untuk membantu agar sang sahabat bisa move on dari masa lalunya.
"Gapapa. Gak usah buru-buru gitu. Temenan aja dulu," kata Hosea. "Kan gak ada yang bilang kalau lo harus pacaran sama dia. Baru juga kenal, ya kan?"
"Iya ya..."
"Yaudah, yok pulang!" Ajak Hosea.
"Yok," balas Zhavier.
Lalu mereka pun berpisah di ujung jalan dengan mengendarai mobilnya masing-masing.
Kalau Zhavier fokus pada jalanan saat menuju ke rumah, Hosea malah sibuk memikirkan tentang bagaimana ia bisa membuat Felicia dan Zhavier menjadi dekat satu sama lain. Karena Hosea menganggap ini adalah kesempatan yang bagus bagi Zhavier untuk melupakan masa lalunya.
Hosea jadi penasaran dengan gadis itu. Gadis yang membuat Zhavier menangis karena teringat akan ibunya. Dan gadis itu mungkin gadis yang tepat untuk bersanding dengan Zhavier nanti, begitu pikirnya. Tapi sebelum membantu dan mendukung Zhavier bersama dengannya, Hosea ingin memeriksa latar belakang perempuan itu terlebih dahulu. Agar ia tidak salah langkah dalam bertindak nantinya.
Gue harus cari tahu lebih banyak lagi soal Felicia, gumam Hosea dalam hati sambil berfokus pada jalanan malam yang ada di hadapannya.
***
Nayla berjalan lurus pelan-pelan sambil memperhatikan setiap jam tangan yang dipajang di meja dengan lapisan kaca bening yang membalutnya dalam bentuk kotak. Nayla pikir, setiap jam tangan mewah yang dipajang di situ pasti tampak cocok jika dipakai di tangan ayahnya. Ia jadi bingung sendiri untuk menentukan jam tangan mana yang akan ia belikan kepada ayahnya sebagai hadiah di hari ulang tahunnya lusa, semuanya tampak bagus. Tapi tidak mungkin bila ia memborong semua jam tangan mewah yang ada di sana.
"Sudah menentukan mana yang hendak dipilih, Mbak?" Tanya salah seorang pelayan di sana sambil tersenyum.
Nayla tersenyum kecil lalu menggeleng. "Ehm, sebentar ya, Mbak"
"Baiklah,"
Sudah lebih dari 30 menit tapi Nayla masih belum bisa menentukan jam tangan yang mana yang akan ia pilih.
Ah, andaikan Josua bisa diajak pergi, pasti memilih gak akan sesulit ini, gumamnya dalam hati.
Hari ini ia pergi ke mall sendirian, ya sendirian, tanpa teman satu pun. Bukannya tidak mengajak, tapi hari ini memang tidak ada yang bisa menemani Nayla untuk membeli sebuah kado untuk ayahnya. Sementara Nayla harus segera membeli hadiah tersebut sebelum hari ulang tahun ayahnya lusa.
"Nayla....?" Panggil seseorang yang memanggil Nayla dari belakang.
Kontan Nayla menoleh ke asal suara, lalu ia mendapati Felicia yang tengah berdiri di belakangnya, lalu menyapanya.
"Felicia? Hai!" Katanya.
"Hai!" Balas Felicia sembari melambai pelan. "Kamu ngapain di sini?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...