Malam itu seperti hari biasanya, Zhavier dan sang ayah sedang berkumpul di ruang TV dengan pekerjaannya masing-masing. Sementara Zhavier hanya sedang menikmati acara televisi, Gilang sang ayah tampak sibuk memilah dan menekuni beberapa dokumen yang ada di hadapannya.
"Oh iya, Zhavier.... Besok kita ziarah ke makam Mama ya...." Ujar Gilang kepada putranya dengan pandangan yang tidak lepas dari dokumen di genggamannya.
"Oke, Pa." Jawab Zhavier singkat sembari memandang ayahnya sekilas. "Oh iya, Pa..." lanjutnya gantung lalu kembali memandang sang ayah sepenuhnya.
"Iya, ada apa?" Gilang menjawab tanpa menoleh.
"Papa punya kenalan detektif swasta 'kan?" Tanya Zhavier. Dulu sewaktu masih SMA, Zhavier pernah melihat secara diam-diam bagaimana ayahnya menyewa seorang detektif swasta untuk memata-matai mendiang ibunya agar Gilang ayahnya dapat mengetahui kegiatan-kegiatan wanita itu di luar jangkauannya. Dan Zhavier masih mengingat hal itu sampai sekarang.
"Iya punya, kenapa?" Gilang yang sejak tadi hanya memandang ke arah dokumen-dokumennya, kini menoleh memandang Zhavier. Sang ayah menjadi penasaran. Sebab bagaimana tidak, Zhavier tak pernah membahas hal ini sebelumnya dan bahkan bisa dibilang bahwa Zhavier tidak begitu tertarik dengan dunia mata-mata. Jadi kalau putranya itu membahas hal tersebut secara tiba-tiba, pasti ada sesuatu yang serius, pikir Gilang.
"Jadi gini, Pa..." Zhavier pun mulai menjelaskan situasinya. "Papa tahu Vino 'kan? Sahabatku dari SMA."
"Iya, lalu?"
"Nah, Vino ini punya sepupu jauh. Namanya Felicia. Felicia ini yang pernah aku kenalin ke Papa waktu ulang tahun perusahaan."
"Felicia...?" Gilang berusaha mengingat nama tersebut. "Ah! Yang kamu suka itu ya?" Tebaknya. Memang seingat Gilang, saat acara ulang tahun perusahaan itu, Zhavier secara tidak langsung mengakui bahwa ia menyukai Felicia.
"Em.... iya, begitulah Pa..." Jawab Zhavier kaku.
"Nah, ada apa dengan Felicia ini?" Seolah tak sabar, Gilang meletakkan dokumen yang ada di genggaman tangannya dan langsung bertanya kepada inti permasalahan.
Kemudian Zhavier pun menjelaskan keseluruhan cerita kepada sang ayah. Dimulai dari kebangkrutan keluarga Felicia karena seorang pria yang bernama Anton/Daffa dengan sekongkolannya, hingga perjumpaannya dengan pria tersebut secara tidak sengaja beberapa waktu yang lalu. Tak lupa, Zhavier juga memberikan penjelasan mengenai rencana mereka untuk menjebak pria itu dengan cara mencari identitas aslinya terlebih dahulu.
Setelah menyimak ringkasan cerita dari Zhavier, akhirnya Gilang pun memahami maksud dan tujuan putranya itu. "Baiklah, Papa mengerti. Malam ini langsung kirim saja identitas yang kalian punya. Besok sepulang ziarah, kita akan langsung menemui agen yang papa kenal itu." Ujar sang ayah. Ia langsung meraih ponselnya yang ada di atas meja untuk membuat janji dengan agen tersebut.
"Tapi untuk saat ini kami hanya punya nama samaran dan fotonya, Pa...." Ungkap Zhavier.
Gilang yang hendak menyalakan ponselnya pun terhenti sejenak. "Hm.... Tidak ada yang lain?"
Zhavier hanya menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan sang ayah.
"Saran Papa sih, kalian langsung hubungi keluarga yang bersangkutan aja untuk minta data-data lainnya yang mungkin bisa jadi petunjuk." Kata Gilang. "Atau... kalian bisa minta Felicia untuk ambil data-data tentang pria itu. Tentunya Felicia punya atau bisa mengambil data-data itu kan?"
"Hm... Iya sih, Pa. Tapi Felicia juga belum tahu soal ini."
"Loh, kenapa tidak diberi tahu?"
"Kami takut itu bakalan buat Felicia syok dan ceroboh dalam menanggapi masalah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU
Romance[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia kembali dan mengambil alih perusahaan kakeknya lalu menjadi CEO muda di sana. Kini setelah perusahaan itu berada di tangannya, semuanya men...