Chapter 42 : Setelah Sekian Lama

43 3 2
                                    

Karena janji makan malam yang waktu itu batal, Zhavier pun menawarkan ulang kepada Felicia untuk mengganti janji makan malam yang sempat batal itu. Tapi entah kenapa, Felicia menolak dengan alasan bahwa ia akan sibuk selama beberapa hari kedepan. Zhavier tidak tahu apa yang menjadi kesibukan Felicia. Yang ia tahu, Felicia sudah selesai dengan kuliahnya dan hanya bekerja di kafe Voila untuk mengisi waktu senggangnya selama menunggu wisuda. Jadi bagi Zhavier, alasan tersebut terkesan dibuat-buat karena mungkin Felicia masih menyimpan amarah kepadanya karena tidak menepati janji tersebut.

Jadi setelah itu, dua minggu pun lebih berlalu. Zhavier dan Felicia sudah semakin jarang untuk bertemu atau berkomunikasi satu sama lain. Hanya sesekali mereka bertemu di Kafe Voila, itu pun saat Zhavier mengunjungi kafe tersebut untuk membeli kopi. Zhavier juga tampak enggan untuk menyapa atau memulai percakapan dengan Felicia, begitu pun sebaliknya. Lagi pula, kalau dipikir-pikir lagi, mereka memang tidak punya alasan untuk bertemu dan juga tidak punya alasan untuk saling berkomunikasi.

Dan kenyataan pahit itu, entah kenapa, membuat Zhavier frustrasi. Ia mulai berusaha untuk mencari-cari alasan untuk bisa menemui gadis itu, tapi setelah waktu berlalu begitu cepat, ia tidak juga bisa menemukan alasan yang tepat. Lalu kemudian Zhavier ingat, bahwa ia pernah membeli sebuah novel rekomendasi dari Felicia yang belum sempat ia baca karena terus sibuk dengan pekerjaannya. Kontan, Zhavier yang tadinya sedang merebahkan diri pun bangkit dari kasurnya seraya mengambil novel yang ia simpan dari rak bukunya. Novel itu tampak seperti baru dan masih sangat layak untuk dijual kembali dengan harga penuh, bagaimana tidak? Meskipun sudah hampir sebulan berlalu, novel itu masih terbalut sempurna dengan plastiknya dan belum dibuka sama sekali, apalagi dibaca. Zhavier memang begitu, ia tidak terlalu suka dengan novel, tapi entah kenapa, waktu itu ia tertarik sekali untuk membeli novel.

Mumpung sedang akhir pekan dan tidak sedang dikejar deadline pekerjaan manapun, Zhavier pun mulai membuka plastik yang membalut novel tersebut. Lembar demi lembar, mulai ia baca dengan teliti dan cepat. Ia bertekad untuk membacanya sampai habis dalam waktu yang singkat. Targetnya sih selesai dalam beberapa jam saja, tapi ternyata tidak semudah itu. Begitu ia sampai pada bab ke-9, dimana misterinya semakin kompleks, ia menjadi begitu terlarut dalam alur cerita yang lantas membuatnya harus membaca perlahan agar bisa dengan mudah memahami misteri yang ada di dalam novel tersebut. Bahkan karena saking terhanyutnya, Zhavier harus makan siang dan malam dengan novel di tangannya dan mata yang serius membaca kata per kata yang ada di dalam novel tersebut.

"Sedang baca apa ?" Tanya Gilang, ayah Zhavier, memecah konsentrasi anaknya saat mereka sedang makan malam berdua di ruang makan.

Zhavier menjeling. "Hm? Oh... lagi baca novel, Pa.." Jawab Zhavier seraya mengalihkan pandangannya ke novel itu lagi. Ia mengambil hp yang ia jadikan ganjalan agar novel itu bisa tetap terbuka dua sisi, membalikkan lembaran selanjutnya, lalu meletakkannya lagi di atas novel yang terbuka lebar itu. Ia juga menyendokkan nasi dan lauk ke dalam mulutnya sesekali, agar bisa mengunyah sambil membaca. Dan semua itu ia lakukan dengan satu tangan karena tangan kanannya masih belum sembuh total sampai saat ini.

"Ngomong-ngomong, minggu ini sudah periksa ke dokter?" Tanya ayah Zhavier.

"Hm? Periksa apa, Pa?" Zhavier tak paham.

"Tanganmu itu loh"

"Oh, udah kemarin. Pas pulang kerja."

"Apa kata dokter?"

"Kata dokter, tanganku cepat pulihnya, jadi bisa cepat lepas gips. Paling cepat awal April gitu, Pa." Jawab Zhavier.

"Oh... bagus deh." Gumam sang ayah. "Kerjaan kamu, gimana? Ada kendala?"

"Untungnya sih gak ada kendala, Pa."

"Iya sih, Papa gak heran lagi. Anak Papa~" Ujar Gilang, membanggakan anak satu-satunya. Setelah itu, Gilang pun menyelesaikan makan malamnya. "Papa duluan ya, mau nonton TV, kamu fokus makan dulu, baru nanti dilanjutin itu baca novelnya." Pesan sang ayah.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang