Chapter 82 : Pertemuan Tak Terduga

6 0 0
                                    

"Fel, lo kenapa? Kok daritadi murung gitu sih?" Tegur Steffy yang menyadari bahwa sahabatnya itu tampak sedang susah hati semenjak pulang dari kencannya.

Yang ditanya tak menggubris sedikit pun, Felicia hanya diam saja sambil memandangi televisi yang sedang menayangkan sebuah acara yang sebenarnya tidak menarik perhatiannya.

"Fel!" Seru Steffy sambil menepuk pelan pundak sahabat yang duduk di sampingnya itu.

"Hm? Iya kenapa?" Jawab Felicia spontan menoleh.

"Lo kenapa? Kok murung banget?" Steffy mengulang pertanyaannya.

"...." Walau sempat diam, akhirnya Felicia memutuskan untuk mengutarakan kegelisahannya. "Stef..." Katanya. "Tadi aku lihat Mbak Sania di Mall."

Steffy terpaku. "Mbak Sania yang itu?" Balasnya dengan nada tidak percaya.

"Iya yang nipu keluarga aku..." Felicia melanjutkan.

"Serius?!" Celetuk Steffy kemudian. "Kok bisa? Lo lihat dia lagi sama siapa di sana?" Lanjutnya heran.

"Kayaknya lagi sama teman-temannya, soalnya dia kayak lagi ngumpul gitu sambil ngobrol-ngobrol."

"Pak Daffa? Lo lihat dia juga gak?" Tanya Steffy lebih lanjut.

Felicia menggeleng pelan. "Cuma Mbak Sania."

Steffy mendengus gusar. Ingin sekali ia memaki wanita itu karena sudah menipu keluarga sahabatnya 5 tahun yang lalu, tapi ia memilih untuk mengurungkannya sejenak untuk bisa bertanya keadaan Felicia terlebih dahulu. "Fel, lo gapapa?"

"Aku takut, Stef. Takut kejadian yang dulu terulang lagi." Ungkap Felicia sedikit gemetar. "Kamu ingat 'kan apa yang aku bilang waktu novelku ditawari jadi film layar lebar? Aku takut ketemu Mbak Sania lagi. Dan hari ini aku melihat dia... itu bikin aku makin takut, Stef."

Steffy tahu betul ketakutan yang dialami oleh Felicia saat ini. Bagi Felicia, Sania adalah seorang wanita jahat yang rela menipu remaja belasan tahun demi uang dengan cara menghancurkan mimpinya dan memberikan trauma baginya.

"Fel, tenang aja. Novel lo yang sunflower itu 'kan udah disebarluaskan dengan baik dan gak ada yang aneh soal itu. Bahkan produser aja udah nawarin novel lo untuk diadaptasi jadi film layar lebar, jadi pasti mereka udah tahu betul isi naskah novelnya. Lo gak usah khawatir, gue yakin ini cuma kebetulan. Mbak Sania gak ada hubungannya sama tawaran produser itu..." Kata Steffy sambil membelai lembut pundak Felicia untuk menenangkannya.

"Aku harap juga gitu, Stef... tapi aku masih gak tenang, apalagi waktu lihat dia baik-baik aja seolah gak terjadi apa-apa."

"Jangankan lo, Fel. Gue aja geram. Andaikan gue tadi ikut, udah pasti gue samperin dia. Gak peduli dia mau lebih tua atau gimana. Gue bakalan marahin dia sampai puas terus gue laporin ke polisi!"

"Kamu benar, Stef. Harusnya tadi aku samperin aja... Bukannya lari dan ngelepas dia gitu aja..." Kata Felicia menyesal. Kesempatannya kini terbuang begitu saja.

Steffy menggelengkan kepalanya. "Fel, lo gak bisa nyalahin diri lo kayak gini. Karena gimana pun juga, lo masih punya trauma sama dia. Jadi bukan salah lo kalau lo gak sanggup menghadapi dia. Tapi tenang aja, cepat atau lambat dia pasti akan merasakan karmanya. Lagi pula sekarang kita tahu dia ada di Bandung, dan kalau keluarga lo masih mau mengusut kasus itu, kita bisa cari dia dengan lebih mudah!"

Perkataan Steffy ada benarnya. Dengan mengetahui keberadaan Sania saat ini, bukankah akan semakin mudah bagi keluarganya untuk membuka kembali kasus penipuan dan penggelapan uang yang sudah lama tak terselesaikan itu? Harusnya iya. Tapi entahlah, Felicia tidak tahu pasti. Ada dilema yang terselip di dalam benaknya yang menggoyahkan hatinya untuk maju atau tetap seperti ini adanya serta membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Ia bingung harus melakukan apa saat ini.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang