Chapter 35 : Valentine!

42 3 0
                                    

Perjalanan ke pabrik perusahaan yang mereka tuju ternyata memakan waktu hampir tiga jam penuh, hal ini dikarenakan letaknya yang jauh dari pusat kota dan pemukiman warga agar masyarakat tidak terganggu karena polusi yang dihasilkan oleh pabrik tersebut. Jadi sepanjang perjalanan, Felicia – yang menatap ke luar jendela – hanya melihat hamparan tanah yang kosong, lapangan hijau, satu atau dua rumah yang sangat jarang sekali ia temui, dan lebih sering mendapati sawah di pinggiran jalan.


Sesampainya di sana, di pabrik mebel atau furniture, mereka berdua pun menunggu kedatangan klien-klien Zhavier yang berjanji akan hadir pada pukul 13.00 WIB. Masih ada sekitar satu jam lagi untuk menunggu kedatangan mereka karena setelah Zhavier melirik arlojinya, ternyata waktu masih menunjukkan pukul 11.53 WIB. Zhavier berjalan masuk duluan, sementara Felicia dan pak Doni mengikutinya dari belakang. Semua pekerja di sana yang melihat Zhavier, langsung saja menyapa dengan ramah, begitupun dengan Zhavier yang tak kalah ramah.

Setelah selesai beramah-tamah dengan para pekerja di sana, Zhavier menoleh ke belakang lalu melirik Felicia. "Sini, Fel. Jangan jauh-jauh dari saya." Katanya begitu karena Felicia memang berjarak sekitar lima langkah atau lebih dari Zhavier. "Kita makan siang dulu."

"Oke." Jawab gadis tersebut seraya menyusul Zhavier tepat di sampingnya.

Lalu Zhavier pun menuntun gadis itu pada sebuah kantin pabrik perusahaan yang letaknya tidak jauh dari tempat awal mereka berada, hanya agak sedikit lebih jauh dari tempat produksi utama pembuatan mebel. Kantin yang mereka hampiri itu tampak begitu bersih dan nyaman untuk ditongkrongi. Tidak ada satupun sampah yang tergeletak di lantai. Felicia mengakui bahwa kebersihan di kantin itu benar-benar pantas diacungi jempol. Pada jam makan siang seperti ini, harusnya kantin tersebut sudah ramai dipenuhi oleh para pekerja buruh yang akan mengisi perut mereka, tapi karena ini adalah hari Sabtu – alias weekend– maka hampir semua buruh pun tidak hadir karena memang hari libur. Hanya ada beberapa buruh –yang diminta untuk tetap hadir karena kunjungan klien–, penjaga dan pengawas –seperti satpam–, serta pekerja di kantin yang datang pada hari itu.

"Selamat siang, Pak Zhavier." Sapa salah seorang pekerja di kantin yang membagikan lauk kepada Zhavier dan Felicia saat mereka mengantri di area table dimana makanan-makanan yang sudah dimasak itu dihidangkan.

Zhavier tersenyum dan mengangguk kecil lalu membalas, "Siang" sambil memegang nampan yang ada piring serta gelas di atasnya dengan tangan kirinya.

"Saya bawain ya, Zhavier?" tawar pak Doni —yang ikut mengantri— dari belakang, lalu dijawab dengan sebuah gelengan pelan dari Zhavier. "Gak usah, Pak." Jawabnya lirih. Walau hanya dengan satu tangan, Zhavier tak terlihat kesulitan membawa nampan itu sendirian. Usai memilih lauk yang akan disantap, Zhavier dan Felicia pun segera bergerak menuju pada bagian minuman, di sana tersedia beberapa jenis minuman seperti teh, susu, kopi, atau bahkan air mineral.

"Fel, pegangin nampan saya dong. Tangan saya pegal." Kata Zhavier tiba-tiba. Lantas Felicia menoleh lalu mengambil alih nampan Zhavier. Kini ia memegang dua nampan di kedua tangannya. Felicia tidak keberatan sih, lagi pula nampan itu ringan, tidak berat, jadi mudah saja untuk membawa dua nampan sekaligus baginya.

"Saya mau minum kopi, biar kelihatan kayak bapak-bapak." Kelakar Zhavier seraya mengambil gelas dari nampannya –yang dipegangi oleh Felicia—untuk diisi oleh kopi. "Eh, jangan deh. Susu aja. Lebih sehat." Lanjut Zhavier mengurungkan niatnya lalu memindahkan gelasnya kembali pada nampan lalu mengambil susu kotak yang ada di meja. "Kamu mau minum apa, Fel? Biar saya ambilin."

"Air putih aja." Kata Felicia gampang.

"Kamu gak mau coba minum susu kotak nya?" tanya Zhavier sambil melirik susu kotak yang terpajang dengan baik di meja dekat mereka.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang