Chapter 23 : Kembali ke Masa Lalu

43 3 0
                                    

Nayla melaju mobilnya di jalanan yang sepi dan sedikit gelap karena hanya diterangi oleh lampu jalan yang jarang-jarang letaknya. Setelah Nayla sudah melaju mobilnya setengah jalan, ia merasa bahwa mobil yang ia kendarai itu jalannya tidak stabil dan ia merasa keadaan mobil yang dikendari itu tidak seimbang. Jadi Nayla menepikan mobilnya ke bahu jalan untuk memeriksa ban mobil miliknya.

"Oh iya, ban mobilku bocor!" Gumamnya sendiri. Ia baru ingat kalau kemarin saat hendak pergi ke kantor, ban itu sudah bocor dan belum sempat dibawa ke bengkel hingga saat ini. Nayla merutuki dirinya sendiri karena lupa akan hal itu.

Ini masih bisa jalan sampai ke rumah gak ya? Ah, harusnya tadi aku bawa mobil Kevin aja, batinnya.

Awalnya Nayla sempat bingung harus melakukan apa, ia menyesal karena mengabaikan pesan ayahnya dan Josua tadi. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk nekat menyalakan daya ponselnya yang tinggal sedikit itu untuk meminta bantuan kepada Ayahnya agar datang menghampirinya.

Namun saat hendak kembali masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja ada dua orang pria seram yang tak dikenal, massa sering memanggilnya preman, sedang berboncengan lalu datang menghampiri Nayla.

"Neng? Butuh bantuan?" Kata salah seorang dari mereka yang turun dari motor. Senyumnya yang seram dan meresahkan itu membuat Nayla takut. Sungguh.

"Enggak, Mas. Makasih." Tolak Nayla.

"Eits, buru-buru amat?"

Sayang sekali, saat Nayla buru-buru masuk ke dalam mobil, seorang yang lain --yang ikut turun dari motornya-- meraih tangan Nayla lalu menahannya. "Ban mobilnya bocor ya? Mau dibantu?"

"Lepas!" Nayla menghempaskan tangan pria itu sembari berteriak. Ini bukan preman, ini begal!, batin Nayla takut.

"Galak bener."
"Neng, mau teriak sekenceng apa juga, gak bakal ada yang denger dah."
"Ngomong-ngomong, cantik juga nih cewe."
"Bawa aja? Hahaha"
"Ayo lah."

Ya Tuhan, tolong aku!, tukas Nayla dalam hati. Sungguh sial, jalanan itu benar-benar sepi.

Sementara kedua penyamun itu semakin maju mendekati Nayla, gadis itu semakin mundur dan semakin mundur untuk menjauhi mereka.

Nayla takut, sungguh. Ia cemas, bingung, panik, segalanya bercampur jadi satu. Badannya semakin gemetar, lemas dan bahkan hampir jatuh setelah melihat kedua pria penyamun itu mengeluarkan senjata tajam berupa pisau lipat dari saku celananya.

Sedetik setelahnya sebuah mobil menghantam kencang sepeda motor si kedua penyamun yang ditinggalkan pada keadaan masih menyala. Alhasil, sepeda motor itu tercampak beberapa meter jauhnya dari letak awal.

Lantas kedua pria penyamun itu kaget, mereka meninggalkan Nayla untuk sesaat, lalu segera menghampiri mobil yang menghantam sepeda motor mereka.

"Woi! Keluar lo!" Bentak si pria penyamun itu kepada si penabrak.

Mobil itu tidak berhenti, ia melaju lebih jauh dengan tujuan agar kedua pria penyamun itu memiliki jarak yang lebih jauh lagi dari Nayla.

Setelah jaraknya sudah cukup jauh dan kedua pria penyamun itu jadi mudah terpancing karena amarah yang sudah meluap, keluarlah Zhavier --si penabrak sepeda motor itu-- dari mobilnya.

Nayla tersentak kaget sekaligus lega saat tahu bahwa Zhavier datang menolongnya.

"Na, masuk ke dalam mobil. Kunci pintunya! Telepon siapa aja yang bisa kamu mintai tolong." Pekik Zhavier dari kejauhan.

"Ta-tapi--"

"Masuk, Na!" Perintah Zhavier lagi. "Kalau bisa, kabur aja!"

"Wah, sok jadi pahlawan." Celetuk si pria penyamun dengan senjata tajam yang masih berada di tangannya.

AFTER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang