_________________***__________________
Richesse (kekayaan), Honneur (kehormatan), Beauté et belle apparence (kecantikan dan ketampanan). Semua itu tidak menjamin kebahagiaan, karena kebahagiaan di dapat dari diri kita masing-masing.~Beoness~
🖤🖤🖤
------------------(Sebuah kisah cinta. Dimana setiap harinya aku menunggu kabar baik dari Takdir dan Tuhan. Di setiap bulan, aku selalu memandang ke arah kalender, untuk menghitung perpisahan kita.)
~ Cassea Laura Chadwick ~
______________________________________Desa Schengen - Paris.
01 April 2011.
Tap, tap, tap. Suara langkah kaki yang tengah berjalan, dimana jalanan tersebut tidak begitu ramai orang, karena tempat itu seperti desa di salah satu daerah yang bertepatan di kota Paris. Seorang wanita dengan pakaian berjas putih kini sudah berdiri di depan salah satu rumah yang ada disana, rumah itu tidak sunyi seperti rumah yang lainnya. Melainkan banyak orang yang tengah memasang wajah sedih.
Tiba-tiba dua orang pria menghampiri wanita berjas putih yang masih berdiam diri di depan rumah.
"Aami!!" sapa kedua pria yang kini berjalan ke arahnya. Mendengar namanya di panggil, Aami menoleh dengan senyuman tipis. Saat mereka saling berhadapan, mereka berjabat tangan dengan senyum lebar seolah teman lama yang kini bertemu kembali.
"Apa kabar Darrel!! Dan..." Berhenti seketika sambil meneliti pria yang satunya. "Curtis!!" lanjut pria yang tadi dipandang nya. Seketika tawa kecil keluar dari mulut Aami.
"Ah, iya! Maaf, aku sedikit lupa." Darrel dan Curtis tertawa kecil mencoba memaklumi nya.
"Ayo masuk!" ajak Darrel tersenyum.
Kini mereka bertiga masuk ke dalam rumah tersebut, saat itu juga sebuah foto yang menandakan seseorang itu sudah meninggal, berdiri tegak di hadapan Aami dan kawan-kawan. Air mata tidak terasa menetes membasahi pipi coklatnya. Melihat bahwa temannya menangis, perlahan Darrel memegang pundak Aami.
"Kau mau melihat isi kamarnya?" tanya Darrel lembut. Aami mengangguk pelan dan mengikuti langkah Darrel dari belakang hingga sampai di sebuah kamar yang sudah tidak asing baginya. Perlahan Aami masuk ke dalam sambil mengamati seisi ruangan di dalamnya.
"Kami akan menunggumu di luar." Ucap Darrel mengajak Curtis pergi keluar meninggalkan Aami sendiri di dalam kamar. Ruangan menjadi hening dan dingin, Aami menghampiri sebuah kotak yang berukuran sedang. Kotak itu berada tepat di atas meja di depannya,, ia berdiri. Tangan Aami mengusap kotak itu yang ternyata terkunci. Dan dari belakang sebuah tangan menepuk pelan pundaknya, seketika Aami terkejut dan menoleh ke belakang.
"Bibi!" ucap Aami yang melihat bahwa itu adalah ibu dari temannya yang sudah meninggal. Kini mereka memilih duduk di atas tempat tidur berwarna abu-abu, dengan tatapan sendu.
"Aku tidak menyangka kalau dia akan pergi secepat ini." Kata Aami yang mulai bersedih.
"Tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput kita, tapi Bibi bangga kepada-nya! Dia meninggal karena menyelamatkan seorang anak!! Bibi sangat bangga padanya..!" Melihat bibi itu juga mulai menangis, membuat Aami berdiri dan memeluknya. Mencoba untuk menenangkan wanita yang lebih tua darinya walaupun air mata tak bisa menipu.
"Dia sangat baik Bi. Dia sama seperti pahlawan!" ucap Aami dengan isak tangisnya.
Mata yang sudah penuh dengan air mata, kini melihat kotak yang terkunci dan membuat banyak tanda tanya yang sangat penasaran dengan isi nya. Seketika Aami berhenti menangis, dan bertanya kepada bibi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...