Suara burung berkicau dengan ditemani terbitnya matahari pagi. Cassea segera bersiap karena hari ini dia ada kelas di kampus nya. Cassea kuliah di salah satu University yang terkenal di kota Paris. Karena umur Khey dan dirinya sama, alhasil ayahnya memasukkan kedua putrinya di kampus yang sama tapi berbeda kelas.
Di ruang makan, semua keluarga Chadwick sudah berkumpul dan menunggu kedatangan Cassea. Ayahnya menatap Arloji yang melekat di tangan nya. Tidak lama Cassea turun dan hendak melewati ruang makan, sampai suara ibunya menghentikan langkah kaki Cassea.
"Kau tidak sarapan?" tanya Emma lembut seperti biasa. Namun tidak dalam hatinya.
"Tidak, aku akan sarapan di kampus." Jawab Cassea yang membuat Khey menahan rasa kesal nya.
"Bisa tidak kalau lain kali kau mengatakan lebih awal, jika tidak ikut sarapan bersama. Dari tadi kami menunggumu, kasihan ayah bisa terlambat ke kantor nanti." Ketus Khey pelan. Mata Cassea melirik ke arah Khey dengan wajah datar. Dia sangat tahu, wanita picik itu selalu mencari perhatian ayahnya.
"Maaf kalau membuat kalian menunggu, aku berangkat dulu."
Cassea yang menjawab tanpa ekspresi dan pergi begitu saja, lagi-lagi membuat ayahnya bingung harus bagaimana menghadapi putri kandungnya itu.
Meski Cassea terlahir dari keluarga kaya dan terpandang, Cassea selalu memilih jalan kaki dan naik bus, dari pada membawa mobil sendiri seperti Khey yang layaknya orang kaya. (Padahal benar, anak orang kaya).
***
Pelajaran berlangsung.
Cassea yang merasa terbang ke langit bersama pesawat kecil yang memiliki sayap layaknya burung, dan mendarat di sebuah awan yang sangat empuk, dan memiliki dua bola mata yang lucu sehingga dia ingin memeluk dan memejamkan matanya. Seketika dia mendengar suara wanita yang memanggil namanya berkali-kali. Itu sangat mengganggu.
"Cassea.. Cassea.. Bangun!!" panggil pelan April yang mencoba membangunkan temannya itu dan menyenggol lengan Cassea. Cassea yang mulai sadar, langsung terbangun, melihat dua mata yang saat ini sudah menatapnya tajam di depan kelas.
"Cassea Laura Chadwick! Apa kau tahu kita dimana? Kita ada di dalam kelas." Ucap dosen yang terkenal galak, mungkin karena usianya yang sudah berkepala tiga.
"Maaf, Bu." Kata Cassea menunduk.
"Aku tahu kau murid terbaik dalam pelajaran melukis." Ucap dosen Cloe meninggi. Dengan kacamata yang masih berada di tengah-tengah hidung mancungnya.
"Terima kasih, Bu!!" Cassea senang mendengar pujian itu.
Ibu Cloe yang mendengar dan melihat wajah Cassea tersenyum karena pujiannya tadi. Membuat darah tuanya mulai mendidih.
"O.. M.. G Hallow! Sekarang Ibu memintamu keluar." Pinta ibu Cloe seketika.
"Maafkan aku Ibu Cloe, aku tidak akan mengulang..." Belum habis bicara, dosen Cloe memotongnya.
"No, no, no, out right now." Paksa ibu dosen kejam itu. Tanpa pengampunan.
"Tapi Bu.." KRINGGG.
Belum selesai bicara. Bel berbunyi menandakan kalau pelajaran Cassea sudah berakhir, kini Cassea tersenyum karena tidak jadi keluar dan nilai juga tidak akan berkurang. Ibu Cloe yang melihat Cassea tertawa menatapnya dengan tajam, sementara Cassea yang tadinya tertawa langsung terdiam setelah melihat tatapan itu. Ibu Cloe keluar dari kelas, Cassea terduduk di kursinya dengan perasaan lega.
"Kau sangat beruntung karena bel berbunyi di saat yang tepat, haha!!" ucap April teman dekat Cassea sedari SMA di Paris.
"Tuhan sangat menyayangi ku!!" ucap syukur Cassea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...