27 ; Tumbuh kecurigaan (Suspicious)

36 31 1
                                    

Toko Bonbons.

April dan Cassea tengah menghadap seorang wanita yang sedikit tua dari mereka. Seorang wanita yang tidak lain adalah pemilik toko tersebut.

“Jadi kalian ingin bekerja?” tanya pemilik toko tersenyum kearah-nya.

“Iya!” jawab bersamaan Cassea dan April dengan semangat 45.

“Kalian diterima! Tapi toko ini hanya buka hari Rabu dan kamis, apa kalian masih ingin?” Tanya pemilik toko meyakinkannya lagi. April dan Cassea mengangguk dengan tersenyum.

Setelah berbincang soal pekerjaan dan kegiatan mereka saat bekerja, sang pemilik toko lupa untuk memperkenalkan dirinya sendiri kepada kedua wanita muda itu.

“Panggil aku Doray, senang bertemu kalian!” ucap wanita berponi itu.

Cassea dan April juga menjawabnya dengan senyuman dan kesopanan. Baru beberapa menit saja Doray sudah merasa nyaman dengan mereka.

Karena hari ini adalah hari Rabu. Mereka sudah mulai bekerja. Kedatangan Cassea dan April juga membawakan pelanggan yang sedikit ramai dari sebelumnya, sehingga ketiga wanita itu kewalahan dengan banyaknya pelanggan. Cassea yang bekerja sebagai pengantar, sementara April di bagian roti, dan Doray sebagai kasir.
.

.

.

Tepat jam lima sore. Toko sudah ditutup. Doray sang pemilik toko sangat senang karena mendapat penghasilan yang lumayan banyak hari ini. Mungkin karena semangat dua pekerja cantiknya itu.

“Terima kasih karena kalian berusaha sangat keras. Aku akan beri gaji pertama kalian!” ucap Doray memberikan upah kepada kedua pegawai barunya.

“Sekarang??!” tanya Cassea tak percaya hingga dia rasanya ingin melompat senang. Wanita bernama Doray itu tersenyum seraya mengangguk jelas.

“Dan iya, besok kita libur dulu! Karena besok aku harus pergi ke rumah Nenek ku, oke!” ucap Doray.

“Baiklah, merci!” balas Cassea dan juga April.

Mereka mulai berpisah, begitu juga April dan Cassea yang baru saja berpisah karena keinginan Cassea sendiri yang menolak tumpangan April.

Cassea menunggu kedatangan seseorang, seseorang yang selama ini menemaninya. Mobil putih berhenti di depan Cassea dan seseorang yang ada di dalamnya juga menyuruhnya untuk masuk. Mobil mulai berjalan, di perjalanan Zach hanya terdiam seperti menahan malu di hadapan Cassea.

“Tidak perlu malu! Kini aku sudah tahu alasan guru tidak mau minum, aku bisa mengerti!” ucap Cassea membuka pembicaraan lebih dulu.

Zach berhenti dengan tiba-tiba setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan menoleh ke arah Cassea.

“Apa yang aku lakukan semalam?” tanya Zach ketakutan.

“Tidak ada, hanya saja aku melihatkan sifat aslimu yang suka tersenyum dan tertawa lebar!” jawab Cassea ikut tertawa kecil.

Zach bertambah malu, karena seseorang sudah mengetahui sifat aslinya. Di tambah lagi bahwa Cassea sudah bertemu dengan Curtis.

“Jadi benar? Semalam kau bertemu temanku?” tanya Zach masih kurang percaya.

“Iya, temanmu itu sangat baik dan juga tampan!” balas Cassea.

Zach terdiam sejenak, lalu kembali melajukan mobilnya dengan tiba-tiba membuat Cassea jantungan saja.

Setelah kejadian kecelakaan itu, Zach tahu kesedihan yang dialami Cassea, kesedihan yang selalu ditahan oleh wanita yang saat ini duduk di sebelahnya. Karena itu, Zach tidak hanya mengajarinya saja, melainkan dirinya juga akan menjadi teman penolongnya, entah itu menolongnya tersenyum atau yang lain.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang