04 ; Penolong (Halper)

74 66 15
                                    

Gorges de la Fonte, 01:59 PM.

Sesampainya di sana, mereka semua berkumpul dan bersiap-siap memasang sebuah tenda. Hingga membuang waktu beberapa menit memasang tenda, kini semua tenda sudah berdiri tegak, membuat para siswa siswi tadi memilih terlentang sejenak.

"Baiklah semuanya, kita akan istirahat sebentar, setelah itu kita akan memulai dengan memanjat tebing dan merasakan alam sekitar kita. Jadi, jika ada diantara kalian yang takut dengan ketinggian maka katakan sekarang juga. Okay!" Jelas salah satu dosen yang ikut membina.

Tiba-tiba Khey mengangkat tangan nya dan mengatakan sesuatu yang tidak jelas dan membuat Cassea marah. "Pak, sebenarnya Cassea takut dengan ketinggian!" kata Khey tersenyum miring, yang sebenarnya dia tidak ingin Cassea sampai ikut dan tahu tentang hubungan-nya dengan kekasih-nya.

Cassea dan April yang mendengar ucapan Khey, merasa marah. Sebagian teman pria Cassea tertawa mengejek sambil menepuk pundak Cassea. "Aku tidak percaya kalau Cassea, Wanita yang kebal dengan minuman keras, takut dengan ketinggian. Hahaha!!!" ejek teman prianya.

"Ta gueule (Diam)." Sentak Cassea. Dengan berani wanita yang merasa di permalukan itu langsung maju kedepan dan bicara kepada Dosen nya.

"Tidak Pak, dia hanya membuat omongan." Ujar Cassea.

"Baiklah, kalau begitu kau akan ikut!" Balas dosen yang menerangkan tadi. Cassea membalas senyuman Pak dosen. Lalu melirik ke arah Khey dengan tatapan tajam. Sementara Khey hanya balik memandang dengan senyuman manis lalu pergi entah kemana.

Saat diberi waktu istirahat, Cassea memilih pergi ke suatu tempat di mana tempat itu dekat dengan jurang dan pepohonan. Dia tidak mengajak April karena temannya sibuk dengan makanan. Saat asik menikmati udara dengan melihat pemandangan di atas jurang, suara daun kering yang seperti terinjak oleh kaki seseorang, membuat Cassea penasaran dan mengikuti suara tersebut. Betapa terkejutnya saat dia melihat Khey sedang berduaan dengan kekasihnya di tempat yang sama sekali tidak bisa di lihat orang.

"Khey!" panggil Cassea. Mengetahui bahwa Cassea memanggil namanya, dia terkejut sambil membulatkan matanya. Dengan cepat dan takut, Khey menarik tangan Cassea menjauh dari tempatnya ke tempat Cassea tadi, tempat yang berdekatan dengan jurang.

"jangan memberitahu ayah soal ini Cassea, aku tahu ayah akan marah padaku." Pinta Khey dengan wajah panik.

"Kita lihat saja nanti, tapi jika ayah tahu maka dia akan sangat kecewa... Sekali denganmu, benar 'kan!" Cassea tersenyum tipis.

Tapi meski begitu, Cassea tidak ada niat sama sekali untuk memberitahu soal ini kepada ayahnya, karena dia bisa dan tahu menjaga perasaan orang lain. Sementara Khey yang sudah panik dan marah dengan ucapan Cassea, kedua tangannya sontak mendorong Cassea hingga terjatuh ke jurang yang sangat tinggi. Cassea terkejut dan langsung berpegangan dengan keadaan yang menggelantung.

"Apa yang kau lakukan?" Bentak Cassea dengan penuh amarah dan wajah yang ketakutan.

"Sorry! Mungkin kini kau akan tahu sifatku yang sebenarnya kan, jadi jangan main-main denganku dasar anak manja." Ucap Khey tersenyum licik lalu pergi begitu saja. Nafas Cassea tersengal-seng gal, di tambah dengan jawaban menantang dari Khey.

"Dasar bedebah..." Teriak Cassea. Dengan tubuh yang sangat gemetar, wanita itu masih berusaha berpegangan erat di salah satu batu yang tertancap di tanah.

Di tenda, April menunggu Cassea yang masih belum datang, padahal istirahat akan berakhir. "Bu, Cassea masih belum datang, dia bilang mencari udara segar, tapi ini sudah cukup lama Bu." Ucap April. Akhirnya semua siswa siswi di kumpulkan untuk bertanya soal Cassea yang tidak kembali sedari tadi. Tapi semuanya tidak ada yang tahu keberadaan Cassea, April yang curiga dengan Khey, dia mencoba bertanya.

"Khey, bukankah kau saudarinya, apa kau melihat Cassea?" tanya April.

"A.. Aku- aku tidak melihatnya." Khey menjawab dengan gugup. Sementara April juga bingung dan memasang wajah curiganya kepada Khey yang berbicara terbata-bata.

"Baiklah!" ucap April berjalan pergi.

"Aneh sekali." Sambung April bergumam pelan dengan wajah penuh kecurigaan.

Di tepi jurang, seorang wanita masih bertahan dengan keringan yang bercucuran. "Bagaimana ini, jika tanganku sampai terlepas maka aku akan tamat." Ucapnya takut. Kini hidup Cassea antara hidup dan mati. Dia menarik nafas panjang lalu berteriak dan berharap seseorang mendengar suara nya. "Tolong...".

📖📖📖

("Tanggal 6 Maret 2010. Di saat aku menjalankan tugas bersama temanku, aku mendengar seseorang berteriak meminta tolong. Seseorang yang mungkin menjadi awal ceritaku....." )

📖📖📖

6 Maret 2010, 02:14 PM.

Di tempat lain yang jauh dari tenda Cassea namun dekat dengan keberadaan Cassea, empat orang yang salah satunya adalah wanita, tengah istirahat sambil menyantap makanan. Sampai salah satu pria bisa mendengar teriakkan Cassea, sementara yang lain tidak mendengarnya. Dia berhenti makan dan memastikan bahwa yang dia dengar itu benar.

"Apa kalian mendengar seseorang meminta tolong?" tanya-nya kepada ketiga temannya.

"C'mon Z! Tidak ada orang di tempat seperti ini!!" jawab teman wanitanya dengan balasan tawa kedua teman prianya. Pria itu tidak memperdulikan temannya dan memilih menaruh wadah makanannya lalu berjalan pergi. Sementara ketiga temannya hanya melihat saja, karena mereka tahu sifat dan watak teman satunya itu.

"Aku sudah tidak kuat lagi." Gumam Cassea yang merasa pegal.

Tanpa tanda-tanda, seseorang turun begitu saja menggunakan tali dan mendarat tepat di samping bawah Cassea.

Seketika orang itu merentangkan satu tangan kirinya. "Lepaskan pegangan tanganmu." Pintanya yang membuat Cassea bertambah terkejut.

"Apa? yang benar saja! Jika aku melepaskan nya aku akan tamat." Jawab Cassea menolak karena takut.

"Tidak akan, percayalah padaku, cepat lepaskan pegangan tanganmu," Pinta orang itu dengan tegas.

"Cepat!" Teriak pria itu lagi. Karena dia juga punya rasa lelah, mungkin.

"Baiklah, baiklah." Balas Cassea menyerah.

Cassea menutup matanya, dia tidak ada pilihan lain, karena jari-jari tangannya juga tidak kuat lagi. Perlahan Cassea melepas pegangan nya dengan mata tertutup. Tubuhnya mulai jatuh layaknya terbang tanpa parasut.

Bukannya merasa sakit ataupun benturan keras yang terasa di tubuhnya, malah dia merasa, ada tangan yang kuat dan kokoh memegang pinggang nya.

Cassea membuka matanya dan melihat bahwa dirinya sudah berdekatan dengan seorang pria tidak dikenal. Tubuh mereka sangat menempel, sedangkan kedua orang itu masih saling menatap, Cassea menelan salivanya, dia terpesona akan pria yang ada di depannya. Seorang pria tampan dengan mata berwarna coklat lumpur, alis tebal, hidung yang sangat runcing, juga tubuh yang begitu kekar dan kuat sehingga dia memegang Cassea hanya menggunakan satu tangan saja, sementara tangan lain nya sibuk memegang tali dengan erat.

Hingga kedua orang itu sampai di atas jurang, begitu leganya Cassea bisa menginjak tanah lagi. Tidak ada luka di tubuh Cassea melainkan baju yang sudah kotor terkena tanah. Wanita itu sekali lagi melihat pria yang menolongnya. Pria itu menggulung tali miliknya, sungguh terlihat keren dengan baju yang sederhana. Kaos hitam dan celana Army berwarna hijau tua.

"Terima kasih!" ucap Cassea seketika.

"Lain kali hati-hati, disini bukan kota yang selalu ramai orang." Balas pria itu dingin lalu berjalan pergi meninggalkan Cassea sendirian.

Cassea hanya diam dengan hembusan nafas, "Dingin sekali." Ucap Cassea pelan sambil menatap kepergiaan pria yang tadi menolongnya.

Lalu dia ingat dengan perkemahannya, juga Khey. "Lihat saja kau Khey." Ucap Cassea sangat-sangat emosi pada saudari tirinya.

Sementara di perkemahan, April masih merasa resah dengan keadaan temannya, kegiatan mereka menjadi batal karena sibuk mencari Cassea, di tambah hari yang sudah mulai gelap.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang